
Bagi kita yang tinggal di Hawaii, aloha lebih dari sekadar kata sapaan atau ucapan sampai jumpa lagi; kata ini menjadi bagian tak terpisahkan dari diri masyarakat kita di sana. Aloha adalah cara hidup dan cara memperlakukan sesama dengan rasa kasih dan hormat. Aloha adalah semangat yang terasa dan nyata.
Setiap interaksi adalah kesempatan untuk mendapatkan rasa percaya dan menjalin hubungan yang bermakna. Ini terwujud ketika kita punya niat dan mau memperhatikan setiap detail, khususnya yang sering dipandang sebelah mata.
Gedung kantor kami dirancang untuk menciptakan suasana hangat dan terbuka. Bunga-bunga segar di tempatkan di setiap pojok ruangnya. Warna dindingnya, permadani, dan lukisan dimaksudkan untuk mencipta lingkungan yang tenteram dan dekat. Ruang untuk nasabah dijaga kerapian dan kebersihannya.
Tujuan kami: mewujudkan pengalaman yang positif.
Nasabah disapa dengan namanya.
Minuman pilihan mereka kami catat supaya di kunjungan berikutnya kami bisa bertanya mereka hari ini ingin disuguhkan espresso dengan gula atau Diet Coke.
Paul Bloom adalah seorang psikolog Kanada-Amerika dan profesor di Universitas Yale. Penelitian yang dilakukannya menjajaki cara anak-anak dan orang dewasa memahami dunia fisik dan sosial mereka. Ia berkata, “Kunci hidup bahagia, tampaknya, adalah hidup yang baik: hidup dengan hubungan yang langgeng, kerja yang penuh tantangan, dan pertalian erat dengan masyarakat.”
Itulah hidup yang kita inginkan, dan yang kita mau dialami nasabah kita juga. Kita mau mereka menjalani hidup yang baik. Hubungan yang langgeng, kerja yang penuh tantangan, dan pertalian erat dengan masyarakat merupakan komponen pembentuk hidup yang baik. Kita mau menjalin hubungan yang langgeng dengan orang-orang yang kita layani.
Kita percaya setiap insan memiliki riwayat dan hari depan yang luar biasa. Kita ingin tahu apa hal yang memberi tujuan pada hidup seseorang; seperti apa ia menjalani hidupnya? Dengan sikap saling terbuka, kita menjalin hubungan yang bermakna.
Kita mengajukan pertanyaan terbuka sehingga orang dapat bercerita tentang dirinya. Salah seorang prospek saya merupakan pemilik sebuah perusahaan listrik. Saya tanya, “Seperti apa awal bisnis Anda ini?” Dua jam kemudian, saya ketahui bahwa ia merupakan generasi ketiga pemilik perusahaan, dan memastikan keberlangsungan bisnis merupakan hal yang sangat penting baginya. Saya bertanya, saya mendengarkan cerita, dan saya belajar mengenai diri dan riwayat mereka. Luar biasa!
Arus cerita prospek jadi tak terbendung jika kita mendengar dengan telinga lebar dan hati yang jujur. Kita mendaku diri sebagai insan yang kepentingannya selaras dengan kepentingan orang yang dilayani. Tanyakan tentang kebutuhan mereka. Dengarkan jawabannya dan rancang tanggapan yang berfokus pada kekhawatiran yang mereka miliki.
Kita ketahui bahwa berbeda orang dan usaha berbeda pula prioritas dan kekhawatirannya. Ada orang yang tidak keberatan dengan perawatan jangka panjang di panti jompo, sementara ada orang yang akan melakukan apa saja agar tetap dirawat di rumah.
Mencari tahu hal yang mendorong semangat seseorang itu penting bagi kita.
Demikian pula, sebagian usaha berorientasi laba, sementara sebagian lain berorientasi pada misi untuk meningkatkan kualitas hidup orang banyak.
Saya memandang orang bukan sebagai nasabah yang memenuhi kebutuhan penjualan saya; saya memandang mereka sebagai orang yang saya bantu sekuat tenaga.
Saya pernah mengantar jus wortel untuk nasabah yang sedang dalam masa pemulihan.
Saya pernah berbagi makanan dan jalan-jalan dengan orang yang belum pernah bepergian ke luar rumah selama bertahun-tahun.
Saya pernah mendampingi orang yang sekarat di tempat tidurnya karena mereka mau yakin bahwa orang-orang yang mereka kasihi akan dijaga dengan baik.
Orang-orang ini tahu saya peduli karena waktu yang saya curahkan bagi mereka tidak diukur dengan seberapa besar komisi yang saya terima dari premi mereka, tetapi didorong oleh hasrat tulus saya untuk memberikan rasa nyaman dan bantuan.
Bisa dengan menyapa orang tua yang sedang menunggu anaknya di mobil.
Bisa dengan berbagi buah pisang dari kebun kita sendiri bersama prospek dan nasabah.
Bisa dengan kerja bakti di lingkungan masyarakat, mencuci pakaian orang-orang tuna wisma.
Bisa dengan kerja keras untuk memberdayakan dan mendorong orang menjadi yang terbaik.
Hubungan dengan nasabah itu kaya akan komunikasi tatap-muka. Hubungan yang sarat akan rasa peduli. Yang tulus dan jauh dari kepura-puraan.
Media sosial telah mengubah formalitas interaksi pribadi kita. Mudah sekali ikut tren mengirim pesan singkat atau surat elektronik. Namun, hemat saya, ada banyak yang hilang dengannya. Interaksi adalah hal yang menciptakan indahnya sebuah hubungan.
Anda perhatikan bahwa Anda disapa langsung di pintu lobi Hotel Four Seasons saat turun dari kendaraan? Merek-merek barang mewah tetap bertahan dengan sapaan hangat saat Anda masuk ke gerai mereka, mendampingi Anda memilih produk yang hendak dibeli, dan menyelipkan kartu ucapan terima kasih yang ditulis tangan setelah transaksi.
Yang saya kejar adalah pengalaman yang kaya akan komunikasi tatap-muka, percakapan, dan pergaulan sosial yang nyata. Hubungan personal sepadan dengan waktu yang dicurahkan untuknya.
Jalin erat hubungan dengan orang yang Anda temui, dan Anda akan diperkaya karenanya.

Adelia C. Chung, CLU, ChFC, dari Honolulu, Hawaii, telah menjadi anggota MDRT selama 36 tahun dengan kualifikasi delapan Court of the Table dan 14 Top of the Table. Ia merupakan Presiden MDRT perempuan pertama, masa bakti 2005, dan telah menjadi Ketua atau anggota di lebih dari 20 komite MDRT. Chung adalah Excalibur Knight Yayasan MDRT dan pernah menjabat sebagai Presiden Yayasan di tahun 1999.