
Berapa banyak dari Anda yang pernah melakukan presentasi di depan umum? Kalau pernah melakukannya, saya rasa bagian akhir sesi ini bisa jadi berguna untuk Anda. Saya pernah dapat kehormatan untuk jadi pembicara TED-Talks lima kali. Suasana panggungnya cukup membuat saya minder. Selain itu, saya juga sering diundang jadi pembicara untuk konferensi dan acara besar di seluruh dunia. Saya mau berbagi beberapa hal yang saya pelajari selama prosesnya dengan Anda.
Oke, saya mau mulai sesinya dengan membahas kembali topik utama buku dan tulisan-tulisan saya yang lainnya: hubungan antara berbicara dan mendengarkan tidaklah seperti garis lurus. [visual] Ini adalah miskonsepsi. Sebenarnya, hubungan antara berbicara dan mendengarkan itu seperti lingkaran. Cara saya berbicara memengaruhi cara Anda mendengarkan; cara Anda mendengarkan memengaruhi cara saya berbicara; dan, lebih jauh, cara saya berbicara akan memengaruhi cara Anda berbicara; dan cara saya mendengarkan akan memengaruhi cara Anda mendengarkan. Inilah sebabnya, kalau Anda bicara untuk membangun relasi, memastikan lawan bicara paham maksud Anda sama pentingnya dengan menjadi pendengar yang baik dan punya kemampuan berbicara yang baik.
Saya akan membahas keduanya di sesi ini, dan, seperti yang saya sampaikan tempo hari, kesemuanya sering kali terjadi dalam situasi yang tidak ideal. Saya tak punya waktu banyak untuk membahas situasinya. Saya pernah bicara di TED-Talk soal alat ucap, ruang, dan noise serta dampaknya terhadap cara berkomunikasi. Tapi, saya takkan membahasnya di sesi ini. Saya mau Anda menyadari dan membayangkan situasinya. Kalau hendak melakukan perbincangan penting, rencanakan tempatnya, pastikan akustik ruang atau noise di sekitar Anda takkan mengganggu perbincangannya.
Anda akan dapat tiga hal penting saat jadi pembicara dan pendengar yang baik. Kalau punya kemampuan berbicara dan mendengarkan yang baik, Anda akan jadi orang yang bahagia, komunikasi Anda jadi efektif –– dalam konteks pekerjaan apa saja, kemampuan ini akan membuahkan keberhasilan –– serta jadi sehat dan sejahtera. Itulah ketiga hasilnya. Menarik, bukan? Saya mau Anda mengingat atau mencatat tiga hal yang hendak dilakukan setelah sesi ini. Saya tak mau setelah ini Anda berpikir, "Oh, tadi sesinya menarik. Saya tak ingat apa yang ia katakan, tapi sesinya menarik."
Jadi, catatlah tiga hal yang diawali dengan "Saya akan..." atau "Saya takkan...". Coba terapkan pola pikir tersebut dan temukan tiga hal yang akan mengubah hidup Anda, tiga hal yang ingin Anda ubah setelah mengikuti sesi ini. Saya mau Anda melakukan ini.
Di sesi ini, saya juga akan menyajikan beberapa latihan untuk Anda kerjakan. Latihannya seperti yang tampak di layar biru besar ini, Anda tak boleh melewatkannya. [visual] Anda boleh memotret layarnya, tapi Anda akan dikirimi presentasinya nanti. Jadi, Anda bisa fokus ke sesinya dan mengerjakannya saat pulang.
Apa yang menjadikan berbicara dan mendengarkan sulit dilakukan? Kita semua terpaku pada semua ini, benar kan? [visual] Ruang yang didesain ciamik; kita terpaku pada komunikasi visual. Saat berkomunkasi –– via surel, SMS, atau pesan instan –– komunikasinya hanya lewat mata dan jari. Komunikasi lisan sudah ada jauh lebih lama daripada komunikasi tertulis, sekitar 100.000 tahun lalu. Sebenarnya, kita baru mulai melakukan komunikasi tertulis sekitar 4.000 tahun lalu. Keduanya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Saya tidak bermaksud bilang kalau komunikasi tertulis tak efektif. Saya mau bilang kalau kita lupa beberapa manfaat komunikasi lisan. Seberapa sering Anda mengirim surel ketimbang menelepon, padahal komunikasinya bisa jadi lebih efektif kalau pesannya disampaikan secara langsung?
Komunikasi tertulis kini tampak seperti "badai". Bagi saya, memastikan semua pesan terbalas adalah hal merepotkan. Saya kenal beberapa orang yang dapat 2.000 pesan sehari. Membalas kesemuanya tampak seperti beban berat, bukan? Cara orang lain bicara memengaruhi cara kita mendengarkan. Orang-orang kini tak lagi perhatian soal komunikasi lewat suara. Kapan terakhir kali Anda berpikir soal suara? Kendati demikian, suara memengaruhi komunikasi Anda lewat empat cara yang luar biasa. Karena kita bicara lewat suara, saya rasa penting untuk memahami hal ini. Saya akan membagikan keempat hal tersebut kepada Anda.
Ada empat cara suara memengaruhi komunikasi Anda setiap hari: ini yang pertama. [visual] Noise di sekitar kita adalah alasan kita sulit berkomunikasi secara lisan. Saya akan membahas cara pertama suara memengaruhi komunikasi Anda. [audio] Suaranya cukup pelan. Suara tadi adalah kortisol yang memicu aktifnya hormon adrenalin Anda. [audio] Kalau alarm jam Anda terdengar seperti itu, segera ganti suaranya. Terbangun karena suara yang mengagetkan tidak baik untuk kesehatan Anda. Indra pendengaran adalah yang paling utama dalam mendeteksi bahaya. Tubuh Anda akan menafsirkan suara yang mengagetkan atau membingungkan sebagai ancaman; ini lumrah. Jadi, suara memengaruhi detak jantung, tarikan napas, aktivasi hormon, dan gelombang otak Anda. Saya bisa menenangkan Anda kembali dengan suara pelan ini, suara ini bisa didengar di luar ruang juga. [audio] Ini suara yang menenangkan. Kalau punya masalah tidur, Anda bisa coba mendengarkan suara ini. Ini akan cepat membuat Anda mengantuk. Mari lanjutkan sesinya, ya?
Yang kedua, suara memengaruhi fisiologi Anda. Musik ini takkan membuat Anda merasa senang; musiknya memang tidak didesain untuk membuat Anda senang. [audio] Musik bukan satu-satunya suara yang memberikan dampak emosional luar biasa. Di perusahaan kami, The Sound Agency, kami memutar kicauan burung di banyak ruangan karena suara itu membuat orang merasa aman. Orang sudah tahu sejak lama kalau terdengar kicau burung seperti ini, maknanya situasinya aman. Selain itu, kicau burung adalah alarm alami –– menggugah dan membuat Anda terjaga –– suara ini cocok untuk dijadikan suara alarm.
Yang ketiga, suara memengaruhi keadaan kognitif Anda. Anda tak bisa mendengarkan dua orang bicara bersamaan, atau, dalam hal ini, orang yang bicara dua kali. [audio] Anda tak bisa memahaminya, kan? Besaran bandwidth untuk percakapan hanya 1,6. Jadi, Anda akan sulit berkonsentrasi saat bekerja di kantor dengan suara tersebut. Anda akan kesulitan berkonsentrasi kalau dengar percakapannya. [audio] Kini Anda tahu karena mengalaminya sendiri. Ruang terbuka luas cocok untuk kolaborasi, tapi tak cocok untuk berkonsentrasi. Sayangnya, kita masih percaya konsep "satu ruang untuk semua" dan ruang terbuka luas untuk kantor. Kita butuh ruang kerja yang tenang. Tapi, kita akan bicarakan itu lain kali. Mari lanjutkan sesinya.
Yang terakhir, suara memengaruhi kebiasaan Anda. Jadi, tanyakan pada diri Anda sendiri, Apakah orang ini akan berkendara dengan kecepatan stabil 28 mil per jam? Bisa jadi jawabannya tidak; suara seperti ini mengubah kebiasaan kita nyaris sepenuhnya. [audio] Ini sederhana, kita akan menjauh dari suara yang tidak enak didengar. Jadi, kalau saya memutar suara ini selama 45 menit ke depan dan Anda punya pilihan untuk ke pantai, Anda pasti akan memilih pergi ke pantai. [audio] Tanpa disadari, kita cenderung menjauhi suara yang tidak enak didengar. Suara dapat mengubah kebiasaan Anda; saya akan memberikan contohnya.
Studi ini dilakukan oleh beberapa akademisi. Ada dua wine yang dipajang di supermarket: satu wine dari Prancis dan yang lainnya wine dari Jerman. Keduanya dipajang dengan tampilan sama persis. Tak ada pembatas di antara keduanya; para peneliti hanya membedakan musik yang diputar. Musik yang Anda dengarkan di hari pertama dan hari kedua melihatnya dibuat berbeda. Lalu, apa yang terjadi? Di hari lagu-lagu berbahasa Prancis diputar, wine dari Prancis terjual lebih banyak daripada wine dari Jerman dengan perbandingan lima banding satu. Ini mungkin hal yang lumrah, mengingat wine dari Prancis selalu laris di seluruh dunia. Tapi, di hari lagu-lagu berbahasa Jerman yang diputar, wine dari Jerman terjual lebih banyak dengan perbandingan dua banding satu. Musiknya tidak membuat Anda berpikir, "Ah! Lagu yang diputar berbahasa Jerman. Jadi, hari ini aku akan beli wine dari Jerman." Bukan begitu cara kerjanya. Prosesnya terjadi tanpa disadari. Suara memengaruhi cara Anda berpikir dan bertindak setiap hari. Anda perlu mendengarkan suara-suara di sekitar Anda agar Anda dapat menyadari apakah dampaknya mendukung atau menyulitkan Anda.
Sekarang, mari bahas sisi gelap komunikasi. Sisi gelap di Star Wars muncul karena rasa takut. Hal serupa berlaku bagi sisi gelap dalam komunikasi. Ini soal rasa takut. Kedua hal yang saya sebutkan ini sangat penting. Kelihatan baik –– insting manusia membuat kita ingin tampak baik dan, menurut saya, ini juga membuat kita punya rasa bersaing saat bicara –– ingin jadi lebih menarik dan lebih baik dari orang lain. Hal ini mendorong terjadinya komunikasi tertulis. Anda berpikir tentang dialog menarik ketimbang mendengarkan lawan bicara di hadapan Anda. Kalau keinginan untuk tampil menarik jadi alasan Anda berkomunikasi; kalau Anda hanya ingin tampak menarik di depan orang lain, komunikasi Anda takkan efektif. Orang-orang biasanya menyadari hal itu. Selain keinginan untuk tampil menarik, kita tentu ingin jadi benar. Dan cara termudah untuk jadi benar adalah membuat orang lain tampak salah. Ada kutipan begini, "Anda bisa jadi benar atau berpacaran," dan saya rasa kutipan ini ada benarnya.
Kalau keinginan jadi benar adalah alasan komunikasi Anda, Anda akan cenderung menyalahkan orang lain. Anda akan merendahkan orang lain; ini adalah masalah dalam komunikasi karena Anda tidak coba memahami lawan bicara. Keduanya termasuk dalam tujuh dosa besar dalam komunikasi. Saya akan membahasnya secara singkat. Saya tentu tak luput dari semua dosa ini; tapi, kalau Anda sering atau biasa melakukannya, orang lain akan sulit mendengarkan Anda, mereka akan salah paham dan Anda takkan bisa berkomunikasi dengan efektif. Jadi, apa saja tujuh dosa besar dalam komunikasi? Yang pertama: gosip. Gosip di sini maksudnya Anda membicarakan orang lain yang tidak ada saat dibicarakan. Ini tidak baik. Detail dalam gosip sering kali dibuat-buat dan tidak benar. Tahukah Anda, meski menarik untuk didengarkan, saat Anda tak lagi terlibat dalam gosip, siapa yang akan jadi topik gosip selanjutnya? Anda. Gosip adalah salah satu bentuk komunikasi yang, kalau terlalu sering dilakukan, akan memudarkan rasa hormat orang lain terhadap Anda. Jangan terlalu sering bergosip.
Dosa besar kedua adalah mengecam, menghakimi, atau mencari kekurangan orang lain. Ini sangat sering terjadi. Sayangnya, ada banyak orang yang gemar mencari kekurangan orang lain. Anda kenal orang seperti itu? Anda mungkin pernah bekerja dengan orang seperti itu –– tak ada yang benar untuk mereka, semua orang pasti disalahkan dan dihakimi. Berada di sekitar orang seperti itu tidaklah mudah.
Dosa besar ketiga adalah sikap dan pandangan negatif. Ibu saya jadi orang yang bersikap dan berpikiran negatif di akhir hidupnya. Ini sangat disayangkan. Saya ingat saat memberikan koran untuknya dan bilang, "Oh, sudah tanggal 1 Oktober," dan beliau bilang, "Ya, bukankah itu memuakkan?" Kalau tanggal 1 Oktober saja sudah memuakkan, lalu bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Saat itu beliau beranggapan "semuanya memuakkan". Ini sangat bertolak belakang dengan The Lego Movie. Ibu selalu menganggap segala sesuatunya memuakkan. Berada di dekat orang seperti itu melelahkan, bukan? "Oh, lihat cuacanya cerah." "Nanti pasti hujan turun." Anda mesti menjauh dan menjernihkan pikiran kalau berada di sekitar orang yang selalu berpikiran negatif. Waspadai kata "tidak". Awasi seberapa sering Anda mengucapkan kata tersebut, jadikan sebagai barometer dalam komunikasi. Bentuk lain dari sikap negatif adalah mengeluh. Orang-orang Inggris gemar mengeluh. Kami sering melakukannya. Saya tak melarang Anda untuk mengeluh di restoran. Kalau makanannya tak enak, ajukan keluhan. Tapi, kalau soal cuaca atau pertandingan olahraga yang sama sekali di luar kendali Anda, mengeluh hanya menyebarkan kemalangan. Ini mengganggu dan orang-orang tak suka dekat-dekat dengan orang yang begitu.
Selanjutnya, beralasan. Kita semua pernah melakukannya. "Ini bukan salahku." "Apa yang bisa kulakukan?" Kita lebih suka menyalahkan orang lain. Saya kenal beberapa orang yang sering menyalahkan orang lain. Mereka selalu bilang, "Itu salah orang lain"; "Ini karena hal lain"; "Ini sama sekali bukan salahku." Apa yang akan Anda pelajari kalau tak pernah membuat kesalahan? Kita belajar karena pernah keliru, dengan mengatakan "maaf" dan mengubah sikap, dengan bilang, "Ini yang akan kulakukan untuk memastikan kesalahanku tak berulang. Aku sudah memetik pelajaran." Anda takkan belajar apa-apa kalau tak membuat kesalahan.
Selanjutnya, tindakan melebih-lebihkan dan memunculkan kebohongan. Ini bisa jadi kebiasaan; semuanya bermula dari tindakan menambahkan detail pada informasi yang disampaikan. Saya tidak mendukung devaluasi bahasa. Misalnya, beberapa tahun lalu Anda bilang, "Saya senang," tapi kini Anda mesti bilang, "Saya sangat senang," benar kan? Mungkin dalam beberapa tahun lagi Anda akan bilang, "Saya sangat, sangat senang," karena "Saya sangat senang" terdengar kurang bermakna. Jadi, bahasa cenderung mengalami devaluasi. Kita seolah kehabisan kata-kata lalu mulai melebih-lebihkan dan menggunakan hiperbol. Meski sulit, Anda mesti berlatih untuk menyampaikan maksud apa adanya.
Dosa besar yang terakhir adalah dogmatisme, atau "pandanganku yang paling benar". Opiniku adalah fakta. Fakta dan opini adalah dua hal berbeda, kita mesti jeli membedakan keduanya agar dapat dimengerti orang lain.
Keterkaitan antara berbicara dan mendengarkan ibarat lingkaran; kita mesti belajar untuk lebih cermat dalam mendengarkan. Menurut saya, ada tiga jenis kegiatan mendengarkan. Saya akan menjelaskan kesemuanya dengan singkat. Anda mungkin tak tahu kalau ada berbagai jenis kegiatan mendengarkan.
Yang pertama, mendengarkan pikiran; suara yang bilang "Apa maksud perkataannya?" Suaranya ada di kepala Anda. Suara ini bisa jadi bukan Anda; ada banyak orang yang bergumul dengan pikiran negatif: "Tak usah menari"; "Jangan, kau akan mempermalukan diri sendiri"; atau "Jangan angkat tanganmu." Anda tahu kan suara yang kadang melarang Anda melakukan sesuatu itu? Ada kesadaran penting yang bisa jadi mengubah cara Anda bertindak di sini. Anda bukan pikiran Anda. Kalau begitu, kalau suara itu bukan Anda, lalu Anda siapa? Anda adalah orang yang mendengarkan suara itu. Suara itu menjauhkan Anda dari yang ingin Anda lakukan. Pikiran Anda bisa jadi bagian diri Anda yang belajar dari pengalaman buruk di masa lalu; pikiran Anda bisa jadi sedang berupaya menolong Anda. Tapi, kalau Anda jadi pendengar, Anda bisa mencoleknya dan bilang, "Terima kasih atas perhatiannya. Aku masih akan tetap melakukannya." Pikiran Anda bukan Anda. Menyadari ini bisa jadi membantu mereka yang sering kali punya pikiran negatif.
Kedua, kegiatan mendengarkan yang sedikit berbeda, yaitu "kegiatan mendengarkan khusus". Maksudnya apa? Anda selalu berbicara untuk suatu kegiatan mendengarkan. Sekarang, saya sedang bicara untuk suatu kegiatan mendengarkan; kegiatan mendengarkan kolektif ratusan orang di ruangan ini. Mungkin mengajukan pertanyaan ini bisa sangat membantu: "Saya sedang bicara untuk kegiatan mendengarkan yang mana?" Anda cukup mengajukan pertanyaan tersebut. Kalau mengajukan pertanyaan tersebut terus-menerus, saya jamin secara intuisi Anda akan jadi mahir untuk menentukan jenis kegiatan mendengarkan yang berbeda-beda baik dalam komunikasi satu-lawan-satu, satu-lawan-banyak, maupun satu-lawan-seribu. Misalnya, ini adalah kegiatan mendengarkan di pagi hari; kegiatan mendengarkan "Mestinya saya di pantai"; "Saya mestinya di kasur"; atau "Saya lega saya tak mendengarkan". Jenis kegiatan mendengarkan berganti setiap saat dan tipe mendengarkan setiap orang berbeda-beda, itu latihan pertama Anda: Bertanyalah, "Saya sedang bicara untuk kegiatan mendengarkan yang mana?" Pertanyaannya mudah, Anda bisa mulai membiasakannya.
Mari lanjut ke kegiatan mendengarkan klasik, tipe mendengarkan yang mungkin melintas di benak Anda saat saya mengucapkan kata "mendengarkan". Tipe ini disebut "kegiatan mendengarkan suara sekitar"; Anda menarik makna dari suara-suara di sekitar Anda. Itu definisi "mendengarkan" menurut saya. Anda mesti memilih beberapa hal untuk diperhatikan lalu menarik makna dari kesemuanya. Ini adalah proses yang berlangsung dalam diri Anda, ini bukan kegiatan fisik. Ini proses memilih dan menginterpretasikan. Cara melakukannya berbeda pada tiap orang. Tipe mendengarkan Anda bersifat unik, seperti sidik jari, suara, atau iris mata –– ya, seunik itu. Artinya, setiap kali bicara dengan orang lain, Anda bicara untuk kegiatan mendengarkan yang unik. Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah kita berasumsi kalau semua orang mendengarkan dengan cara yang sama seperti diri Anda –– ini keliru. Setelah memahaminya, Anda akan jadi lebih peka. Percayalah, komunikasi Anda akan jadi lebih efektif.
Anda mendengarkan dengan cara yang unik karena Anda punya filter, filter ini berasal dari budaya, bahasa, nilai, sikap, keyakinan yang Anda dapat saat dibesarkan dan dari orang tua, guru, teladan, teman, dan siapa saja yang nilai-nilainya Anda sukai. Anda cenderung menerapkan kesemuanya. Di ruangan ini, Anda semua punya ekspektasi dan maksud, Anda juga merasakan emosi tertentu; ini semua memengaruhi cara Anda mendengarkan saat ini. Semua itu menciptakan realitas Anda karena Anda yang memilih hal-hal apa saja yang ingin diperhatikan. Selain itu, realitas itu soal persepsi, kan? Realitas adalah peta, bukan wilayahnya. Kita tidak memahami segalanya, hanya hal-hal tertentu yang ingin kita pahami. Lalu, kita memberi makna ke hal-hal tersebut. Kita punya cara sendiri untuk melakukannya. Jika Anda mengubah filter Anda, realitas Anda akan ikut berubah. Itu adalah pernyataan yang menarik. Tapi, pernyataannya benar. Yang paling utama dalam semua ini adalah, Anda mesti sadar penuh.
Saya akan memutar ilusi audio untuk mendukung pernyataan bahwa Anda bisa mengubah realitas. Durasi audionya hanya sebentar. Saya mau Anda melihat layarnya dan mendengar apa yang dikatakan pria dalam audionya. [visual/audio]
Pembicara: Baba. Baba. Baba.
Treasure: Anda mungkin mendengar kata "Dada".
Pembicara: Baba. Baba. Baba.
Treasure: Sekarang, tutup mata Anda dan dengarkan lagi.
Pembicara: Baba. Baba. Baba.
Treasure: Ia sebenarnya bilang, "Baba."
Pembicara: Baba.
Treasure: Di videonya, ia sebenarnya bilang, "Gaga." Mata Anda melihat "Gaga", telinga Anda mendengar "Baba", dan otak Anda bilang "Dada". Kalau Anda lihat lagi layarnya, Anda akan kembali mendengar "Dada". [visual]
Menarik, bukan? Saya baru saja menunjukkan bahwa apa yang Anda pahami belum tentu realitas sesungguhnya. Semuanya dipengaruhi banyak hal. Semua indra selalu saling memengaruhi.
Saya mau memberi Anda beberapa latihan untuk meningkatkan kemampuan mendengar. Latihannya berbeda-beda, fokus saja pada satu latihan setiap kali berlatih. Ini yang pertama: kesunyian. Cukup dengarkan kesunyian beberapa menit dalam sehari. Ini akan membantu Anda mereset atau mengalibrasi kembali telinga Anda. Cobalah untuk meluangkan beberapa menit selama beberapa kali sehari untuk mendengarkan kesunyian. Mendengarkan kesunyian adalah cara yang baik untuk melatih pendengaran; menyegarkan kembali apa yang terjadi di sekitar Anda. Ini saran saya untuk latihan mendengar kesunyian Anda. [visual]
Ada yang lain; saya menyebutnya latihan "mengecap". Anda dapat mencoba "mengecap" suara-suara di sekitar Anda. Tubuh kita menyadari penuh apa yang kita kecap, dan kita tentu saja takkan makan makanan yang tak enak. Hal serupa bisa diterapkan pada suara; Anda bisa "mengecap" suara. Kadang, Anda mengungkap simfoni tersembunyi pada suara-suara yang terkesan remeh. Ini adalah hal yang menakjubkan. Saya beri contoh.
Ini semua adalah suara-suara yang selalu Anda dengar di sekitar Anda. [audio]
Ketiga suara ini sudah ada jauh sebelum kita ada, kesemuanya adalah suara yang bermanfaat bagi kesehatan. [audio2] Akhir-akhir ini banyak studi menunjukkan kalau ketiga suara ini –– bukan suara gemuruh badai, ombak besar, atau gagak menggaok; maksud saya adalah versi yang enak didengar dari ketiganya –– baik untuk kesehatan Anda.
Studinya menunjukkan suara-suara tersebut membantu penyembuhan pasien stroke. Ada banyak bukti bahwa kesemuanya membantu peningkatan produktivitas dan kesejahteraan secara umum. Jadi, dengarkan dan "kecap" suara-suara itu. Tanyakan pada diri Anda, Apakah suara-suara di sekitar saya, di rumah, atau di tempat kerja membuat nyaman atau mengganggu? Apakah suara-suara itu menyakiti saya?
Saat pulang, tutuplah mata Anda di setiap ruangan di rumah Anda, "kecap" suara di setiap ruangan, lalu ajukan pertanyaannya dan tentukan apa yang perlu diubah. Mungkin Anda mau mengubah suara bising yang sudah berbunyi sejak lama tapi terabaikan atau yang Anda ketahui tapi sengaja abaikan? Tentukan suara yang membuat Anda bahagia dan merasa sehat. Pilihannya pasti berbeda antara satu orang ke yang lainnya. Tentukan caranya agar bisa lebih sering mendengar suara-suara itu. Ini adalah latihan yang bagus.
Mendengarkan dalam posisi berbeda juga bermanfaat. Anda mungkin menghabiskan hidup mendengarkan dengan posisi tertentu tanpa benar-benar memperhatikannya. Anda mungkin menggunakan serangkaian filter dan satu tempat untuk mendengarkan. Kalau itu yang terjadi, maknanya Anda melakukan kegiatan mendengarkan kritis. Ini adalah hal bagus. Mendengarkan secara kritis adalah hal baik. Anda melakukan evaluasi dan memutuskan: Apakah hal ini bermanfaat untukku? Apakah aku sepakat dengan yang dikatakan? Bisakah aku menerapkan yang dikatakan?
Ini adalah kegiatan mendengarkan yang sangat baik untuk situasi saat ini, dan terutama dalam bisnis. Tapi, ini bukan kemampuan yang ingin Anda miliki saat mendengarkan anggota keluarga bicara. Atau, saat ada orang yang sedih atau berduka yang mampir ke rumah Anda. Anda takkan menilai seberapa mahir mereka dalam menghadapi kesedihan atau duka, kan? Tentu saja tidak. Dalam situasi demikian, Anda mungkin perlu mendengarkan dengan empati; kebalikan dari kegiatan mendengarkan kritis. Dalam hal ini, Anda berupaya merasakan apa yang orang lain rasakan dan membuat mereka merasa dimengerti dan didengarkan. Apakah sekarang lebih jelas kalau Anda bisa mendengarkan dari berbagai posisi? Ini sangat penting. Pertanyaan yang mesti Anda ajukan adalah, Di posisi apa saya bisa mendengarkan dengan baik dalam perbincangan ini? Dengan begitu, komunikasinya jadi efektif.
Saya akan memberikan contoh soal stereotip gender. Ini stereotip gender. [visual] Namun demikian, ada banyak orang yang mengklaim, "Itu membuat hubungan kami lebih baik." Beberapa pria kadang mendengarkan dari posisi yang saya sebut sebagai "reduktif", atau tampak "reduktif". Mereka mendengarkan untuk memperoleh pokok pembicaraan, solusi, atau titik akhir. Ada tujuan dalam perbincangan. Ada yang ingin dicapai dalam perbincangan. Jadi, ia mungkin bilang kepada teman prianya, "Masalahnya begini." Lalu ia menjawab, "Oh, solusinya begini," dan dibalas, "Oh, terima kasih." Ini obrolan khas pria. Obrolannya sederhana dan jujur.
Sementara, beberapa wanita kadang mendengarkan dari posisi yang saya sebut sebagai "ekspansif". Saat mendengarkan secara ekspansif, tidak ada titik yang ingin dicapai. Alih-alih untuk mencapai tujuan tertentu, inti obrolannya adalah untuk menikmati proses. Obrolannya dimaksudkan untuk menghabiskan waktu bersama seseorang, menikmati kebersamaan, dan alurnya fleksibel.
Kedua posisi mendengarkan ini berbeda dan sering kali jadi penyebab masalah dalam hubungan asmara. "Ia tak pernah mendengarkanku." Si wanita pulang dan bilang, "Hariku menyebalkan. Ini yang terjadi." Si pria mengalihkan perhatian dari pertandingan sepak bola yang ditontonnya dan bilang, "Mandilah, Sayang. Kau selalu merasa lebih baik setelah mandi." Menurut pria, masalahnya sudah teratasi –– saatnya kembali menonton pertandingan sepak bola. Menurut wanita, tanggapan itu bukan yang ia ingin dengar. Yang mau ia dengar adalah: "Sayang, kamu kasihan sekali. Duduklah, biar kuambilkan segelas wine. Kamu bisa ceritakan padaku semuanya." Pernyataan yang bisa jadi kedengaran menakutkan bagi banyak pria. “Kamu bisa ceritakan padaku semuanya.”
Sudah jelas kan, kalau posisi mendengarkan berdampak besar pada kualitas komunikasi kita? Tentukan posisi mendengarkan Anda dalam semua obrolan, termasuk yang dilakukan di rumah. Ini akan mengubah banyak hal. Tinjau filter Anda. Di mana posisi Anda mendengarkan biasanya? Apakah itu posisi terbaik untuk mendengarkan? Di mana posisi mendengarkan yang menguntungkan buat Anda?
Mari lanjut ke latihan kedua soal mendengarkan sebelum membahas soal cara berbicara. Ini adalah latihan untuk mengetahui tujuan mendengarkan. Perhatikan kata "untuk". Misalnya, untuk apa Anda mendengarkan nasabah dalam obrolan bisnis? Apakah Anda mendengarkan sebagai peluang untuk melayani? Apakah Anda mendengarkan untuk dapat uang? Apa tujuan Anda mendengarkan? Perjelas tujuannya agar komunikasinya efektif. Tanyakan juga, apa tujuan nasabah mendengarkan? Untuk apa mereka mendengarkan Anda bicara? Ada dua kegiatan mendengarkan yang terjadi. Penting untuk menanyakan, Untuk apa lawan bicara mendengar saya bicara? Anda membuat tebakan, tapi menebak jauh lebih baik daripada mengabaikan.
Latihan terakhir, RASA: Terima (Receive), Hargai (Appreciate), Simpulkan (Sumarize), dan Tanyakan (Ask). RASA. Ini adalah cara yang baik untuk mengobrol dan meningkatkan kualitas komunikasi.
"Terima" maknanya "memperhatikan lawan bicara". Saya rasa ada jutaan orang di Bumi yang belum pernah didengarkan dengan baik. Beberapa dari Anda mungkin sudah membaca buku karya M. Scott Peck. Ia pengarang dan pemerhati perilaku yang luar biasa. Ia pernah bilang, "Anda tak bisa mendengarkan dengan baik dan melakukan hal lain di waktu bersamaan." Ini benar sekali. Meski demikian, seberapa sering kita memperhatikan lawan bicara 100 persen? Sering kali kita bilang, "Ya, aku terus mendengarkanmu." "Tidak, kau tidak mendengarkanku. Kau berkirim pesan instan.” Ini sama sekali bukan mendengarkan.
Kita sering kali mendengarkan orang lain setengah-setengah. Itu hal yang sangat lumrah di dunia modern, mengingat ada banyak informasi yang diterima dan pengalih perhatian yang dihadapi. Pandang lawan bicara saat mendengarkan mereka. Pastikan tubuh kita menghadap mereka, jangan berupaya meninggalkan obrolan. "Ya, aku mendengarkanmu. Teruslah bicara. Lanjutkan" –– Ini bukan tanggapan yang baik. Kita mesti memperhatikan lawan bicara.
Kita mesti menghargai suara-suara yang membuat obrolannya dinamis. “Oh, serius?” Lalu mengangguk, angkat alis, dan tersenyum. Tanggapan seperti ini membuat obrolan jadi dinamis.
"Simpulkan" pembicaraan dengan kata "jadi" –– kata singkat yang ampuh untuk mengakhiri obrolan atau rapat. Kalau tak ada orang yang memberikan kesimpulan, obrolan atau rapatnya akan jadi bertele-tele, kan? Si pengambil kesimpulan akan bilang, "Jadi, kita sudah sepakat. Mari bahas yang lain." Kalau tak ada yang melakukannya, obrolannya takkan selesai. Pernahkah Anda dengar ungkapan "Rapatnya hanya butuh beberapa menit, tapi obrolannya bisa berlangsung berjam-jam"? Saya rasa kita bisa mengamini kebenaran pernyataan itu. “Jadi.” Kata singkat yang ampuh.
Lalu, Anda mesti "tanya". Ajukan pertanyaan terbuka, idealnya pertanyaan yang berawalan kata "mengapa", "apa", "kapan", "bagaimana", dan "siapa". Pastikan lawan bicara tidak hanya menjawab dengan "ya" atau "tidak". Pertanyaan terbuka memungkinkan Anda dapat banyak umpan balik dan menunjukkan ketertarikan. Ini bisa jadi pembuka pembicaraan yang efektif.
Itu tadi yang disebut RASA. Coba terapkan selama seminggu. Ada banyak yang menghubungi saya setelah menerapkannya dan bilang kalau konsepnya mengubah cara mereka berkomunikasi dan lawan bicara mereka.
Ada empat "C" dalam komunikasi yang sadar penuh, semuanya terkait utamanya dengan mendengarkan secara sadar penuh. Pertama, Anda mesti sadar penuh (conscious). Ini frasa yang sering saya gunakan dan saya akan terus memakainya karena ini merupakan inti dari peningkatan komunikasi Anda. Jadilah sadar penuh terhadap instrumen yang Anda gunakan dan cara Anda mendengarkan. Anda mesti belajar untuk menguasai kemampuan ini. Ini bukan bakat. Untuk melakukannya Anda perlu berusaha, dan kalau Anda sadar penuh saat mengupayakannya, kemampuan Anda akan terus membaik.
Bangun komitmen (be committed). Perhatikan orang lain. Bangun komitmen agar orang lain paham maksud kita. "Saya sedang bicara untuk kegiatan mendengarkan yang mana? Bagaimana caranya mengubah lawan bicara saya? Saya mesti bicara lebih lambat, lebih jelas, lalu lebih cepat dan menggunakan kata-kata tertentu agar maksud tersampaikan secara efektif."
Jadilah pengertian (compassionate), upayakan agar Anda memahami maksud lawan bicara. Mendengarkan secara sadar penuh membantu Anda memahami pembicaraan. Politikus suka bicara, kan? Mereka mestinya diam dan mendengarkan. Menurut saya, dunia akan jadi lebih baik kalau mereka lebih suka mendengarkan. Kita terlalu sibuk menyampaikan pesan dan ingin dimengerti, sehingga kita kurang mengerti lawan bicara.
Dan miliki rasa ingin tahu (curiosity) –– kalau Anda punya rasa ingin tahu besar soal orang-orang dan hal-hal yang bisa Anda pelajari, hidup Anda akan jadi lebih baik. Saya harap Anda punya rasa ingin tahu besar minggu ini. Saya harap Anda dapat peluang bertemu banyak orang dan memuaskan rasa ingin tahu Anda tentang pelajaran yang bisa mereka ajarkan kepada Anda.
Jadi, itu tadi soal mendengarkan. Saya harap Anda sudah mengerti bagaimana dua hal ini selalu saling berkaitan. [visual] Saya akan lanjut membahas soal kemampuan berbicara dan beberapa kiat untuk meningkatkan kemampuan berbicara Anda.
Pertama-tama, Anda mesti punya dasar yang kuat untuk bicara. HAIL, salam (hail). Kata ini bermakna memberi salam atau pujian. Ini juga merupakan singkatan untuk empat hal paling fundamental. Ini adalah dasar untuk membangun kemampuan bicara yang mumpuni. Anda tahu apa kepanjangannya?
“H” untuk kejujuran (honesty). Maksudnya adalah berbicara dengan jelas dan jujur. Berbicaralah dengan jelas dan jujur. Hindari menggunakan kata-kata kiasan dan jargon agar orang lain tidak bingung. Saya suka bahasa yang sederhana dan jelas. Katakan maksud Anda sejujurnya, tanpa dilebih-lebihkan. Bicaralah dengan sederhana, jelas, dan jujur.
“A” untuk ketulusan (authenticity), maknanya Anda mesti jadi diri sendiri. Selalu berpura-pura jadi orang lain itu melelahkan. Kita mesti percaya pada diri sendiri dan menyampaikan kebenaran diri saat berkomunikasi. Ini adalah strategi jangka panjang yang lebih ampuh ketimbang berpura-pura jadi orang lain. Saya bisa berupaya jadi orang lain; jadi orang yang lincah, berbeda, atau dengan sifat lainnya. Saya orangnya pendiam dan saya jadi diri sendiri di panggung ini. Saya tak suka bilang, "Bla... bla... bla.... Berdiri dan lakukan ini-itu, lalu tepuk tangan orang di sebelah Anda." Itu bukan saya, saya takkan melakukannya. Jadi diri sendiri dan tulus lebih mudah, bukan?
“I” untuk integritas (integrity), maknanya berpegang teguh pada perkataan Anda. Kalau Anda bilang akan melakukan sesuatu, lakukanlah. Kalau Anda bilang akan melakukan sesuatu lalu melupakannya, kata-kata Anda takkan ada artinya. Orang-orang takkan mendengarkan Anda. Kalau Anda bilang mau melakukan sesuatu, lakukanlah. Yang Anda katakan adalah tanggung jawab Anda.
Dan “L”, mungkin ini mengejutkan, tapi huruf ini untuk kasih (love). Maksudnya bukan kasih yang romantis, tapi kasih terhadap sesama. Ada latihan sulit yang bisa Anda lakukan, yaitu mendoakan kebahagiaan orang yang Anda temui. Doanya tak perlu diucapkan. Anda akan dikira aneh kalau bilang "Saya harap Anda bahagia" setiap kali bertemu orang lain. Ini tindakan baik, tapi tidak lumrah. Saat Anda melakukannya dalam hati, Anda akan merasa lebih damai. Ini juga berarti Anda peduli pada orang lain dan berkomunikasi dengan cara yang mendukung mereka. Jadi, itu tadi dasarnya.
Mari bahas soal konten –– pesan yang Anda sampaikan. Ini juga mencakup cara Anda menyampaikan pesannya. Kita mesti menyampaikan maksud dengan jelas. Pertanyaan soal berbicara dengan efektif yang sering saya terima adalah "Saya sulit menata pikiran. Ide saya tidak bagus dan jelas. Bagaimana Anda menata pikiran? Bagaimana Anda bisa dapat ide bagus?"
Trik pertama untuk menyusun konten yang baik adalah dengan menanyakan maksud pada diri sendiri, dengan menetapkan maksud Anda untuk diri sendiri: Apa tujuan saya menyampaikan presentasi interaktif ini? Apa yang akan saya rasakan kalau presentasinya berhasil? Lalu, tetapkan maksud Anda untuk audiens. Maksud saya di sini adalah berbagi banyak hal dengan Anda dalam waktu singkat. Sesinya direkam, Anda bisa menyaksikannya lagi. Saya harap ini bisa jadi acuan untuk Anda karena saya membagikan banyak hal di sini. Tapi, saya ingin membagikan sedikitnya tiga hal yang bisa Anda pelajari, yang akan mengubah cara Anda berkomunikasi dan membuat komunikasi Anda jadi efektif.
Lalu, ada maksud yang ketiga. Ada maksud saya untuk diri sendiri dan untuk Anda. Lalu, ada maksud Anda untuk diri Anda sendiri. Apa maksud lawan bicara yang saya ajak bicara? Anda mesti menebaknya. Kalau sudah menetapkan dua maksud yang pertama, tebak yang ketiga. Dengan demikian, Anda baru bisa menyusun konten dengan lebih akurat guna menyampaikan maksud-maksud tersebut, alih-alih bicara tanpa arah dan tujuan.
Saat menyusun konten untuk audiens, Anda mesti mengajukan satu pertanyaan yang amat penting. Pertanyaan yang selalu diajukan penyunting koran dan media ke pemagang selama bertahun-tahun: "Terus kenapa? Apa pentingnya konten ini bagi Anda? Mengapa kontennya penting bagi Anda?" Saat menulis artikel koran, Anda mesti bisa menjawab pertanyaan "Terus kenapa? Mengapa ini penting?" di paragraf pembuka. Selain karena yang Anda tulis benar terjadi, kejadiannya juga mesti punya dampak. Kalau pembaca mesti membaca berkali-kali untuk mengetahui "terus kenapa", maknanya konten Anda buruk. Tanyai diri Anda sendiri, Terus kenapa?
Ada target yang mesti Anda capai dan tiga pertanyaan yang mesti Anda jawab. Bagian "kenapa" adalah fokusnya. Mengapa ini penting? Kalau Anda paham alasannya, konten Anda akan tersampaikan dengan baik. Mengapa ini penting bagi Anda? Saya harap Anda mengikuti sesi ini karena Anda peduli dengan kebahagiaan serta kesejahteraan dan efektivitas komunikasi Anda. Semoga itu yang membuat Anda tertarik dengan sesinya. Anda tertarik karena saya bicara soal hal-hal yang memberikan Anda ketiganya.
Apa yang mesti kita lakukan? Apa tujuan kontennya dan bagaimana cara mencapainya? Setiap orang punya caranya masing-masing untuk menjawab pertanyaan tersebut. Beberapa lebih fokus pada prosesnya (how). Beberapa hanya ingin tahu apa yang terjadi (what), dan selebihnya ingin dapat inspirasi lewat alasan di balik penyusunan konten tersebut (why). Pastikan untuk mengungkapkan ketiganya dalam konten Anda. Dengan demikian, Anda bisa berkomunikasi dengan ketiga tipe orang tadi.
Jadi, tadi itu soal konten. Penjelasannya singkat, tapi mencakup bagian-bagian yang penting soal konten. Anda punya "kotak vokal". Anda mungkin tak pernah dengar soal ini. Anda mungkin tak pernah menyadarinya, tapi ini adalah instrumen yang luar biasa. Dengan menggabungkan kesemuanya, Anda bisa mendengar suara terbaik di dunia. [visual] Mari bongkar kotak vokal Anda sebelum saya mengakhiri sesinya dengan membahas soal bicara di depan umum.
Tahukah Anda kalau postur bisa memengaruhi suara Anda? Kalau Anda duduk seharian, postur Anda akan condong ke depan. Bisakah Anda mendengar perbedaan suara saya saat saya merenggangkan pita suara? [audio] Sebaliknya, kalau bicara seperti ini, saya memberikan tekanan pada pita suara. Keduanya membuat Anda tidak nyaman bicara.
Saat berdiri, lakukan dua visualisasi yang membantu Anda mewujudkan postur yang ideal. Bayangkan ada benang yang mengikat kepala Anda dan Anda bergantung padanya. Ini visualisasi yang bagus. Bahu Anda mundur dan turun, Anda berdiri tegak, dan tampak rileks. Itu adalah cara yang baik untuk berdiri, terutama di depan banyak orang. Jangan membungkuk begini, tapi menggantung. [visual] Selain itu, bayangkan ada akar yang tumbuh dari kaki Anda lalu tertanam ke tanah. Dengan begitu, Anda bisa mengurangi gerakan-gerakan yang tidak perlu dan cukup mengganggu yang sering saya lihat saat orang menyampaikan presentasi. Mengapa ia begitu? Saya tak tahu apa ia lakukan, tapi berjalan mondar-mandir tampak aneh. [visual] Gerakan ini tidak perlu dilakukan. Kalau mau bergerak, lakukan dengan kesadaran penuh. Jadi, postur dan pita suara –– keduanya sangat penting.
Selanjutnya, napas. Suara Anda adalah napas. Cuma itu. Napas Anda yang menghasilkan suara. Kalau Anda gugup saat berada di depan banyak orang dan suara Anda jadi gemetar, tarik napas dalam-dalam. Suara Anda akan terdengar mantap. Ayo tarik napas sama-sama. Ini mungkin tarikan napas terdalam pertama yang Anda hela hari ini. Menghela napas dalam-dalam terasa menenangkan. Lakukan latihan pernapasan –– semakin baik Anda bernapas, semakin terdengar baik suara Anda.
Register atau tingkat nada. Secara teknis, ada empat register vokal. Kita hanya akan melakukan satu register. Tapi, saya akan menyebutkan yang lainnya. Register peluit (whistle) kedengaran seperti ini. [audio] Itu tadi Mariah Carey. Saya rasa, registernya kurang bermanfaat untuk saya dan Anda. Saya tak bisa melakukannya. Saya yakin Anda tak bisa melakukannya juga, tapi registernya ada. Register peluit — suaranya sangat amat tinggi.
Satu tingkat di bawahnya ada register falsetto, kedengaran lucu kalau dilakukan laki-laki. Kalau saya menyajikan presentasi seperti ini, saya rasa presentasinya takkan efektif. [audio] Itu tadi register falseto. Anda mungkin ingat kata-kata Monty Python: “Dia anak yang sangat nakal.” Registernya terdengar agak lucu, meski sering kali digunakan wanita-wanita yang sudah berumur. “Halo, Sayang. Apa kabar?” Anda tahu kan, suara nenek-nenek yang mengajak Anda mengobrol pelan-pelan?
Register ini sangat bermanfaat untuk penyanyi. Banyak penyanyi, termasuk Chris Martin vokalis Coldplay, menggunakan register ini. Selain itu, ada juga The Bee Gees dan Frankie Valli. Falseto kedengaran bagus untuk kegiatan menyanyi, tapi tidak pas digunakan untuk membicarakan hal penting.
Register modal adalah register yang paling umum digunakan. Orang ini berasal dari Colombia, ia berbicara dengan suara yang keluar dari hidung. [audio] Saya mau beri contoh suara dengan resonansi di dada. Ini aktor James Earl Jones, Anda bisa dengar ia bicara dengan suara yang berasal dari dada. [audio] Suara Anda bisa beresonansi. Suara Anda dihasilkan pita suara, tapi resonansinya terjadi di rongga mulut. Anda pasti bisa dengar perbedaannya, saat beresonansi di hidung, atau di tenggorokan, di sini, atau di dada. [audio] Bisakah Anda membedakannya? Kita memilih orang dengan suara vokal rendah untuk jadi pemimpin. Ini alasan yang cukup bagus untuk melatih resonansi dada Anda. Caranya mudah: Letakkan tangan di dada, lalu bicara sampai Anda merasakan getaran di tangan Anda. Lakukanlah, lalu turunkan suara Anda ke dada. Pastikan Anda menggunakan suara dada saat ingin tampak otoritatif.
Lalu, ada satu register lainnya. Dulu register ini jarang digunakan, tapi sayangnya, kini sering jadi lazim digunakan. Bunyinya begini: “Yeeeeah.” [audio] Seperti yang saya bilang tadi, register ini dulu jarang digunakan. Tapi, kini banyak yang gemar menggunakannya; kedengaran mengasyikkan. Pernahkah Anda mendengar orang berbicara begitu? Namanya vocal fry. Tolong jangan bicara dengan cara begitu, ya? Register ini tak baik untuk pita suara Anda, dan, tentu saja, komunikasi Anda. Jadi, tadi itu soal register.
Mari bahas sedikit soal titinada (pitch). Ini topik yang agak berbeda. “Di mana kau menaruh kunciku? Di mana kau menaruh kunciku!?” Temponya sama, tapi dampaknya berbeda, kan? [audio] Gairah, kesedihan, atau kemarahan dapat dengan mudah ditunjukkan lewat titinada. Kalau ingin maksud tersampaikan dengan baik, Anda dapat mengubah titinada. Kalau Anda hanya menggunakan titinada yang sama, ucapan Anda akan terdengar monoton. Ada alasan kenapa ada kata "monoton". Ubah titinada Anda, cara terbaik melakukannya adalah dengan prosodi: intonasi tuturan. Naikkan atau turunkan suara untuk menyampaikan emosi atau semangat dalam ucapan Anda. Prosodi –– kombinasi intonasi suara dan tempo antartuturan dan lainnya; adalah hal penting. Kalau prosodi Anda terbatas, Anda mesti berlatih mengembangkannya. Berlatihlah dengan beragam prosodi, sehingga saat tiba waktunya berbicara di depan umum –– saya tidak menganjurkan Anda menggunakan beragam prosodi –– Anda akan lebih efektif dalam berbicara. Ini soal menembus batasan. Kalau Anda bicara selama sejam dengan prosodi yang terbatas, orang-orang akan tertidur saat Anda selesai bicara karena Anda tidak terdengar menarik. [audio] Itu alasannya –– "monoton", kan? Monoton: satu nada. Jadi, prosodi itu sangatlah penting.
Timbre: kualitas suara. Suara yang disukai banyak orang bisa digambarkan seperti coklat: kaya, gelap, hangat, halus, dan manis. Kalau Anda tak begitu, tak apa. Sewa pelatih vokal yang bisa membantu mengubah cara Anda bicara dengan orang lain. Ketik saja di Google, "Pelatih vokal, guru drama, atau guru menyanyi", Anda akan menemukan beberapa referensi di sekitar Anda. Temukan, panggil, dan cobalah belajar dengan beberapa dari mereka. Pilih satu yang Anda sukai. Kalau suara Anda terdengar cempreng, kasar, lemah, atau lainnya; mereka semua bisa mengubah timbre Anda. Kita semua punya kemampuan luar biasa.
Pita suara dimaksudkan untuk digunakan dan diperpanjang, mengapa tak mencobanya? Anda takkan mungkin bercita-cita main piano di depan audiens kalau tak lebih dulu belajar dengan orang-orang yang tahu caranya main piano dan bisa membantu Anda bermain piano dengan baik. Instrumen ini sama bermanfaat dan pentingnya dengan kemampuan tersebut. Sangat disayangkan kalau kita tidak melatihnya. Saya ingin tahu, berapa banyak dari Anda yang melakukan latihan vokal formal? Lihatlah! Berapa dari Anda yang tampil di depan audiens? Ayo angkat tangan! Teruslah berlatih. Ikuti pelatihan vokal. Ini sumber daya Anda, manfaatkan sebaik-baiknya.
Tempo Anda bisa saja bicara dengan sangat cepat dan bersemangat, atau sebaliknya. Sekali lagi, yang terpenting adalah variasi. Tanpanya, komunikasi Anda jadi membosankan dan monoton. Anda bisa memberi penekanan lewat volume seperti ini. Atau seperti itu. [audio] Anda bisa bicara dengan volume apa saja, tapi yang utama adalah Anda mesti sadar penuh saat melakukannya. Anda harus punya kesadaran penuh. Kalau sedang bicara dengan orang yang pendiam, akan lebih baik kalau Anda menurunkan volume suara. Sadari volume suara normal Anda dan ubah jika perlu. Jeda: Saya tidak sedang bicara soal perhentian terakhir, saya bicara soal jeda saat bicara.
Lihat, kan? Kalian semua masih di sini. Kesunyian cukup menenangkan, kan? Saat pembicara berhenti bicara sebentar, Anda bisa bilang, "Oh, ini rasanya menyenangkan." Saya pernah menyaksikan orang mengambil jeda sangat lama saat bicara. Anda bisa menghentikan presentasi cukup lama. Anda tak perlu meracau, dan Anda juga tak perlu bilang "mmm", "ah", dan "kau tahu?" berulang-ulang. Berhenti bicara itu sah-sah saja. Mengambil jeda adalah cara yang bagus untuk menekankan pokok pembicaraan. Jangan ragu untuk mengambil jeda. Saya sudah memberi Anda latihan soal itu di awal sesi.
Saat hendak bergerak di panggung, di depan banyak orang, atau dalam perbincangan, pastikan Anda melakukannya dengan tulus dan sadar penuh. Seperti yang saya katakan, gerakan-gerakan tak perlu itu agak mengganggu: “Apakah ia akan melakukan … Oh, ia melakukannya lagi. Oh, ia melakukannya lagi.” Gerakan-gerakan ini mengganggu. Kalau suka berjalan saat berbicara, seperti para pembicara besar –– misalnya, Tony Robbins; ia melompat-lompat di panggung –– tak apa, tapi pastikan Anda melakukannya dengan kesadaran penuh. Jangan hanya bergerak ke sana kemari. Kalau mau menggunakan bahasa tubuh –– ini hal bagus –– pastikan Anda melatihnya agar Anda paham bahasa tubuh apa yang mesti digunakan dan sesuai dengan kepribadian Anda. Anda tak harus menggunakannya; ini tergantung budaya. Pastikan Anda memahami bagaimana menggunakan bahasa tubuh.
Saya tahu relasi yang baik itu penting bagi Anda semua. Teknologi menciptakan ketakutan dan situs perbandingan harga tak akan mengalahkan hubungan antar-individu; situs tersebut tak bisa memupuk relasi yang baik. Ini adalah senjata rahasia untuk mengalahkan teknologi. Membangun relasi dengan orang lain sangatlah penting. Relasi hadir saat Anda mendengarkan dengan baik, bicara dengan baik, bertanya, meminta, dan mendengarkan dengan empati kapan saja orang lain menyampaikan kekhawatiran, ketakutan, dan perasaannya. Menggunakan pertanyaan yang meminta jawaban "ya" adalah cara baik untuk memulai percakapan. “Hari ini indah, ya?” Anda tak bisa bilang "tidak" kalau di luar cuacanya masih tampak bagus, kan? Saat orang mulai terbiasa menjawab "ya", percakapannya jadi positif. Anda mesti mengimbangi dan menjadi cerminan lawan bicara; saya yakin Anda semua sudah pernah baca buku soal ini. Omong-omong, kita melakukannya secara naluriah. Anda mesti sadar penuh saat melakukannya. Seperti yang saya bilang, kalau bicara dengan orang pendiam, bicaralah dengan pelan. Jadilah sensitif terhadap pendengar yang kita ajak bicara.
Saya akan akhiri sesinya dengan berbagi beberapa kiat untuk melakukannya. Beberapa orang menganggap ini hal yang cukup menakutkan. Ini bukanlah ketakutan paling mengerikan. Ada mitos kalau bicara di depan umum jauh lebih menakutkan daripada kematian. Itu omong kosong. Mitosnya disebarkan seseorang 30 tahun lalu, tapi ini sama sekali tidak benar. Namun demikian, saya sering dengar orang-orang merasa gugup saat harus bicara di depan umum. Jadi, mari bahas cara melakukannya dengan baik. Anda mesti mengingat hal-hal ini: PPD, latihan (practice), persiapan (prepare), dan penyampaian (deliver). Ini sama halnya dengan atlet olimpiade: Mereka berlatih, bersiap untuk pertandingan, dan "menyampaikan" hasilnya atau bertanding. Kalau Anda melalui tiga tahap ini, Anda akan baik-baik saja. Percayalah. PPD.
Saya mau bahas tahap yang pertama: “latihan”. Maksudnya apa? Maksudnya adalah melatih kemampuan bicara di depan umum. Anda bisa melakukannya di rumah dan merekamnya dengan ponsel. Anda akan terkejut mengetahui seberapa baik atau seberapa besar perubahan yang terjadi. Suara Anda terdengar berbeda dalam rekaman, kan? Ini karena saat mendengar suara sendiri, suara yang terdengar berasal dari konduksi tulang. Suaranya tak berasal dari sini dan muncul di sana. [visual] Suaranya bergerak melalui tengkorak Anda. Ini sebabnya Anda merasa volume suara Anda terdengar lebih rendah daripada yang didengar orang lain. Jadi, rekam suara Anda dan kenali; tingkatkan suara asli Anda. Kalau bisa, ambil video. Siapkan kamera video lalu lakukan presentasi. Anda akan melihat banyak hal yang tidak Anda sadari sering lakukan, hal-hal yang bisa ditingkatkan atau hal-hal baik yang bisa dikembangkan. Ambil rekaman saat Anda berlatih menyajikan presentasi. Berlatih itu penting.
Kalau bisa, sewa pelatih. Menyewa pelatih akan sangat bermanfaat karena ia membantu Anda melihat tantangan yang Anda hadapi. Ini sebabnya orang jadi juara tingkat dunia dan terus berlatih. Mereka selalu mengembangkan kemampuan. Pelatihnya selalu bilang, "Sekarang kita perlu mengembangkan ini." Mereka selalu menggali potensi. Kalau punya pelatih, ia bisa membantu Anda melakukannya. Kalau tak bisa menyewa pelatih, berlatihlah dengan komunitas di bidang ini. Ada organisasi bernama Toastmasters; beberapa dari Anda mungkin jadi anggotanya. Cobalah bergabung dengan organisasi ini. Anda bisa berlatih untuk bicara di depan umum di sana. Semua orang membaur, tampil di depan kelompok, dan Anda dapat umpan balik serta pelatih; semuanya ada untuk Anda. Kalau tak suka cara berlatih seperti itu, cobalah berlatih dengan beberapa teman. Anda bisa membentuk kelompok dengan teman-teman dan melakukan latihan secara bergilir di Rabu malam. Berkumpullah di rumah salah satu teman, lakukan presentasi berdurasi dua menit, dapatkan umpan balik, lalu tingkatkan kemampuan. Terapkan aturan "Aku hanya menerima umpan balik yang wajar". Dengan begitu, Anda bisa meningkatkan dan melatih kemampuan. Jadi, itu tadi saran saya soal latihan.
Lanjut ke tahap "persiapan". Kalau Anda dapat peluang jadi pembicara untuk suatu acara; maknanya Anda mesti berbincang soal hal penting. Anda tahu apa yang akan terjadi. Anda mesti bersiap untuknya, bukan sekadar berlatih. Saya sudah berbagi beberapa cara untuk menyiapkan konten. Saya harap cara-cara itu bermanfaat untuk Anda. Menyusun konten yang tepat adalah yang terpenting dan paling utama. Kalau punya konten bagus, kita jadi lebih percaya diri soal hasilnya nanti. Kalau sudah tahu tempat acaranya, periksa. Baik menyajikan konten sambil berdiri di ruang kelas, ruang megah seperti ini, maupun studio besar, periksa tempatnya sebaik mungkin. Datang lebih awal dan bicaralah dengan kru AV. Saya dibantu kru AV tadi pagi untuk mengatasi beberapa masalah –– ini lumrah terjadi. Kalau Anda tampil dengan profesional, mereka bisa membantu Anda. Mereka juga bisa menyukseskan atau mengacaukan presentasi Anda. Pahamilah: “Apakah tempat ini punya segalanya yang saya butuhkan? Saya akan menggunakan slide presentasi, apakah ruangannya dilengkapi layar? Apakah ada proyektor? Saya butuh podium. Apakah ruangannya dilengkapi podium?" Dan lain sebagainya. Pastikan untuk memeriksa segalanya. Pahami situasi yang Anda hadapi.
Bagaimana kalau Anda butuh alat bantu presentasi? Saya menggunakan slide. Saya suka menggunakan slide, tapi ada juga yang tidak menyukainya. Anda mungkin lebih suka menyajikan presentasi dengan media lain. Kalau pakai alat bantu presentasi, berlatihlah menggunakan alat tersebut dan pastikan Anda menggunakannya dengan efektif. Kalau menggunakan slide, hindari melakukan ini. [visual] Kalau konten slide-nya sudah sampai ke bagian bawah ini, maknanya kontennya bertele-tele. Ini bukan cara yang produktif untuk menggunakan slide, jadi jangan melakukannya. [visual] Ini namanya slideument (mengisikan banyak teks ke slide). Orang-orang sering bilang, "Bisakah Anda mengirimkan slide-nya agar nanti kami bisa memberikannya kepada audiens?" Tentu saja tidak. Slide presentasi saya hanya berisi gambar dan beberapa kata. Ini akan sulit dipahami, kecuali sebagai pengingat. Saya mesti melengkapi slide-nya agar bisa Anda manfaatkan nantinya. Kalau Anda membuat presentasi yang penuh dengan teks, Anda akan tergoda untuk membalik badan dan membaca semua yang tertampil di layar. Saya sering melihat orang melakukan ini. Jangan begitu, ya? Tidak sopan dan membosankan. Anda tak jadi pembicara, tapi bagian dari audiens.
Kalau hendak menggunakan slide, saya punya rekomendasi buku bagus karya Garr Reynolds tentang teknik presentasi modern, judulnya Presentation Zen. Bukunya bagus, Anda mesti membacanya. Kalau suka, Anda bisa menggunakan catatan kecil. Kalau tak mau pakai slide, catatan kecil bisa jadi cukup bermanfaat. Buat catatan kecil soal konten Anda, seperti yang dilakukan presenter TV. Anda bisa juga menambahkan logo perusahaan di baliknya agar tampak menarik dan profesional. Catatan kecil cukup efektif selama dilengkapi dengan penanda item. Saya suka bicara sambil mengingat pokok-pokoknya ketimbang membaca catatan. Apa pun yang ingin Anda lakukan, berlatihlah sampai mahir. Teruslah berlatih agar Anda tahu berapa lama Anda bicara dan apa yang akan Anda bicarakan. Itu adalah hal yang terpenting. Jadi, bersiaplah.
Akhirnya, "penyampaian". Makanlah dengan baik; Anda butuh energi. Minum cukup air putih bersuhu ruangan di hari Anda menyajikan presentasi. Minumlah dengan cara menyesap airnya, ini baik untuk kesehatan Anda. Hindari minum terlalu banyak air di malam sebelumnya, ini tidak baik. Kalau Anda terlalu banyak minum, pastikan datang lebih awal. Jangan terlambat. Datang terlambat ke panggung rasanya tak nyaman. Saya punya pengalaman buruk soal itu. Anda juga bisa makan permen pelega tenggorokan, namanya Vocalzone. Banyak pembicara profesional yang mengonsumsi permen ini. Permen ini manjur untuk merilekskan pita suara dan memungkinkan Anda tampil dengan baik. Kalau acaranya besar, jangan takut pakai riasan wajah. Ini juga dimaksudkan untuk para pembicara laki-laki. Kalau kulit Anda merah, seperti beberapa dari kita, Anda mungkin bisa mengurangi kemerahannya sedikit. Tergantung di mana Anda berada dan kesan Anda terhadapnya, menggunakan riasan wajah adalah hal lumrah. Dalam beberapa acara besar, panitia telah menyiapkan tim perias untuk merias Anda sebelum tampil.
Lakukan pemanasan. Regangkan otot Anda: Pastikan Anda merasa rileks, bugar, bergairah, dan bersemangat. Saya akan beri beberapa kiat soal pemanasan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan yang disebut Ammy Cuddy sebagai "power poses" (berdiri dengan pose yang membuat Anda merasa kuat). Pada dasarnya, pose apa saja yang membuat Anda merasa kuat adalah "power pose"; pose ini mengaktifkan testosteron dan membuat Anda merasa lebih nyaman dan percaya diri. Mari berdiri sebentar. Kita hanya akan melakukan pemanasan vokal yang saya lakukan sebelum berbicara. Pemanasannya hanya satu menit. Pertama, angkat tangan Anda, tarik napas lalu melenguhlah, kalau bisa lakukan bersama orang di samping Anda. Dengan begitu, paru-paru Anda akan mengembang. Kedua, kita perlu merilekskan bibir. Untuk melakukannya, kita akan menjalankan dua latihan.
Yang pertama, dengan mengucap “Ba, ba, ba, ba, ba, ba, ba.” Bagus sekali. Yang kedua, Anda cukup bilang “Brrrrrrrrrr”. Bibir Anda kini jadi lebih lentur. Rasanya menyenangkan, kan? Melemaskan lidah juga tak kalah penting. Mari lemaskan lidah dengan bilang “La, la, la, la, la, la, la, la, la, la”. Bagus sekali. Latihan lidah lainnya adalah dengan mengucapkan “R”. Saya berlatih berbulan-bulan untuk bisa melakukan ini: “Rrrrrrrrrrr.” Latihannya membuat lidah jadi rileks. Latihan mulutnya sudah selesai. Semua organ sudah "operasional". Mari latih suara kita. Ini yang akan saya lakukan. Waktu saya tak banyak, jadi kita akan melakukan latihan terpenting. Namanya sirene. Kita akan bilang “We, aw”. Ucapkan “We” dengan volume tertinggi dan ucapkan “aw” dengan volume terendah. Ayo lakukan bersama: “Weeeaawww, weeeaawww.” Keren. Sekarang saya akan menurunkan titinada sedikit, satu nada. Ini adalah latihan yang cukup sulit untuk menemukan diskontinuitas dan memantapkan suara Anda.
Saat hendak naik panggung, ada empat hal yang perlu dilakukan: Tarik napas saat naik panggung, ambil napas dalam-dalam, sadari, dan coba lihat sekeliling ruangan. Anda tidak hanya bicara pada satu orang, tapi seisi ruangan. Memantapkan kesadaran adalah cara yang baik untuk membaca situasi ruangan. Berdiri yang tegap dan tersenyumlah! Senang bisa berada di sini, ini menyenangkan! BESS: Tarik Napas (Breathe), Sadari (Expand), Berdiri Tegap (Stance), dan Tersenyum (Smile) saat berada di atas panggung.
Ada beberapa hal yang saya hindari. Berbicara pada layar; saya sudah bilang tadi kalau itu tidak baik. Saya juga tak suka membaca teks. Saya suka bicara. Kalau membaca catatan, Anda tampak tak natural. Selain itu, Anda tak terhubung dengan audiens karena Anda mesti menunduk. [visual] Kalau bisa, hindari. Tak ada variasi dan pola kata-kata jadi repetitif –– pastikan presentasinya dinamis dan hidup. Gerakan fisik tak teratur, seperti yang saya bilang, saat Anda melakukan gerakan terus-menerus tanpa alasan yang jelas audiens mungkin merasa terganggu.
Berbicara melebihi durasi, saya sudah melakukannya sejak empat menit lalu. Meski saya harus ke bandara, saya ingin menyelesaikan pembahasannya dulu. Semoga Anda masih bisa menerima yang saya bagikan. Pada akhirnya, saya akan berupaya untuk tidak mengakhiri sesinya secara terburu-buru. Kalau audiens mau tepuk tangan, terima saja. Orang sering kali bilang, "Jadi, demikian presentasinya. Terima kasih," dan mereka turun panggung sebelum audiens bertepuk tangan.
Kuncinya adalah Anda mesti sadar penuh atas apa yang Anda katakan dan dengarkan. Ini adalah cara agar jadi manusia dengan kesadaran penuh. Itu tadi caranya menyampaikan maksud dengan baik. Sebagaimana saya bilang tempo hari, kalau kita bicara dengan efektif dan mendengar dengan kesadaran penuh, orang akan paham apa yang kita maksud. Terima kasih atas waktu Anda hari ini. Semoga Anda dapat tiga hal dari sesi ini yang bisa Anda bawa pulang dan meningkatkan tiga hal yang sangat penting tadi.

Julian Treasure adalah pakar bunyi dan komunikasi. Ia berkeliling dunia melatih orang untuk menjadi pendengar yang lebih baik dan menciptakan bunyi yang lebih sehat. Ia penulis bukuHow to Be HearddanSound Business, dan lima presentasi TED Talk yang dibawakannya telah ditonton lebih dari 40 juta kali. Treasure rutin tampil di berbagai media dunia, seperti majalah Time, The Economist, dan BBC. Treasure juga pendiri Sound Agency, yang berkolaborasi dengan beberapabrandterbesar di dunia untuk meningkatkan kualitas bunyi mereka.