
November lalu, saya dihubungi lewat situs web saya oleh seorang prospek yang bernama Mike. Mike meminta saya untuk membantunya mengurus rencana pensiun yang akan tiba pada Maret 2020. Firma saya direkomendasikan oleh banknya.
Awalnya, saya pikir saya tidak akan bisa membantu, karena Mike dan istrinya tinggal di Afrika dan saya di Inggris. Namun, karena terbiasa mengambil keputusan setelah menggali informasi lebih lengkap, saya mengetahui bahwa mereka berdua warga negara Inggris dan, kendati mereka lahir di Afrika dan menghabiskan seluruh masa kerjanya di sana, mereka punya sanak saudara di Inggris dan ingin pindah ke sini setelah Mike pensiun pada bulan Maret.
Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa situasi finansial mereka sangat kompleks. Saya belum pernah berhadapan dengan situasi seperti itu. Maka, saya pun menelepon para rekan MDRT yang saya tahu bisa mengarahkan saya pada informasi yang saya butuhkan untuk membantu Mike dan Sue dengan cara yang benar.
Pekan berganti bulan, dan kami mendapati bahwa ternyata kekayaan Mike harus dialihkan ke Inggris dengan metode tertentu dan kurun waktu yang sangat spesifik. Jika kriteria ini gagal kami penuhi, Mike akan dikenakan pajak atas kekayaan yang telah dikumpulkannya sepanjang kariernya, dan jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu dolar. Padahal, dia dan Sue akan sepenuhnya bergantung pada dana-dana ini selama sisa hidupnya begitu mereka pindah ke Inggris. Saya mulai merasakan beban tanggung jawab untuk memastikan keberesan urusan ini.
Saya bekerja keras bersama para pakar teknis kami dan para penasihat pajak Mike, dan sering berperan sebagai jembatan di antara mereka dan Mike. Tugas saya adalah menjelaskan jargon-jargon teknis dengan bahasa sederhana agar Mike memahami hal yang perlu dilakukannya. Walaupun dia luar biasa sukses di bidangnya, sejak awal dia sudah mengakui bahwa keuangan adalah bidang saya dan dia sepenuhnya mengandalkan pada pengetahuan dan kepakaran saya.
Pada pekan-pekan menjelang tanggal pensiunnya, saya rapat Zoom dengan Mike dan Sue kadang dua kali per pekan, dan sering menerima permintaan rapat mendadak dari mereka.
Pada saat bersamaan, pandemi COVID-19 makin serius kondisinya dan mulai menyebar ke seluruh dunia. Hampir setiap hari ada saja negara yang masuk ke masa karantina penuh. Kami di Inggris masuk ke masa karantina penuh pada pertengahan Maret, dua pekan menjelang tanggal pensiun Mike. Dalam komunikasi kami, Mike dan Sue memberi saya kabar terbaru mengenai situasi penyebaran pandemi di Afrika. Kami lekas menyadari bahwa ada masalah baru selain status pajak harta Mike.
Mike dan Sue ingin terbang ke Inggris dalam hitungan hari setelah tanggal pensiun Mike. Kami tahu celah waktu kami untuk mengalihkan kekayaan Mike ke Inggris sangat sempit, dan kami terpaksa memutuskan untuk sedikit menunda perjalanan mereka. Agar advis pajaknya dapat berlaku, dananya harus sampai di Inggris sebelum Mike dan Sue.
COVID-19 mulai merambah benua Afrika, dan Mike cemas karena, jika karantina total diterapkan, mereka tidak akan bisa keluar dari sana. Selain itu, kondisi karantina juga bisa menyebabkan kerusuhan dan huru-hara, yang berarti bahaya bagi mereka di sana. Tiba-tiba, masalah yang kami hadapi bukan hanya masalah pajak yang mencekik, tetapi juga masalah hidup dan mati.
Bisakah kami mengupayakan agar uang itu sampai di Inggris sebelum pemiliknya tiba? Kami menginisiasi prosesnya dan diberi tahu bahwa butuh waktu hingga 10 hari agar dana-dana tersebut sampai di Inggris. Sementara itu, Mike mendapat kabar tentang penerbangan evakuasi pemerintah AS dari Afrika dan ditawari dua kursi. Dia menelepon saya dan bertanya, “Elaine, bisakah kami ikut penerbangan itu? Kami harus pergi sesegera mungkin, tapi apakah dana-dananya bisa sampai tepat waktu?” Dia hanya punya waktu hingga hari berikutnya untuk memesan tempat di penerbangan tersebut.
Itu adalah pertanyaan tersulit yang pernah diajukan seorang nasabah kepada saya. Dia mencari jawaban dari saya. Dia tidak ingin kena masalah pajak, tetapi dia dan Sue menghadapi risiko besar kalau memilih untuk bertahan di Afrika lebih lama lagi.
Saya berkata bahwa saya akan menghubunginya esok pagi setelah memastikan beberapa informasi. Malam itu saya susah tidur! Untungnya — atau, sudah sepantasnya, mengingat upaya keras kami? — keesokan harinya kami menerima pemberitahuan bahwa dana-dana tersebut sudah tiba! Saya beri tahu Mike bahwa dia dan Sue bisa naik pesawat. Pancaran rasa lega dan bersyukur di wajah mereka saat kami rapat dengan Zoom hampir membuat saya menangis terharu.
Mereka berkemas seadanya karena tiap orang dibatasi untuk membawa maksimal dua koper. Dan mereka pun pulang ke tanah air.
Beberapa hari kemudian, kami rapat Zoom lagi. Tentu, karena Inggris masih dalam kurun karantina total, kami tidak dapat bertemu langsung. Kami melanjutkan proses nasihat investasi dan menyusun struktur kekayaan Mike sedemikian rupa agar dia dan Sue dapat menerima penghasilan yang mereka inginkan selama sisa hidupnya. Panduan dan nasihat dari para pakar teknis, penasihat pajak, dan saya sendiri, ternyata berhasil!
Pada salah satu pertemuan virtual kami, Sue berkata, “Elaine, terima kasih dari lubuk hati kami yang terdalam. Anda sudah setia mendampingi kami, kapan pun kami butuhkan, dan semuanya berjalan sesuai rencana kita. Tidak itu saja, kami sekarang sudah di Inggris, dan putri-putri kami sudah berjumpa dengan kedua orang tuanya dalam keadaan selamat. Terima kasih.” Rasanya bangga sekali!
Selain itu, walau mungkin situasi nasabah ini adalah yang paling gawat yang pernah saya hadapi selama 22 tahun berkarier, hasilnya adalah case terbesar yang pernah saya raih. Di tengah-tengah karantina total, menggunakan Zoom, dan lintas benua. Segalanya mungkin; kita tinggal yakin saja dan pantang menyerah!
Elaine Milne adalah anggota MDRT selama 12 tahun dari Cardiff, Wales. Hubungi Milne di elainemdrt@elainemilne.com.