
Relasi mentoring informal umumnya terjalin secara tidak terduga, tetapi taktik dan strategi diperlukan untuk membangun relasi mentoring formal. Saat taktik dan strategi digunakan, manfaat yang dihasilkan luar biasa dan perkembangan dapat diukur dan akan terus ada. Mentoring formal dan terstruktur butuh kesungguhan dan dedikasi. Keduanya akan memberikan manfaat yang sangat besar.
Segitiga keuntungan mentoring
Banyak orang mengira bahwa mentoring hanya bermanfaat untuk mentee. Mentee memang memperoleh banyak manfaat dari mentoring, tetapi sebagaimana diketahui mentoring juga sangat berguna untuk mentor. Selain kepuasan yang didapat dari berbagi ilmu, penelitian menunjukkan mentor dapat meningkatkan keterampilan serta kompetensinya, mendapat perspektif berharga, dan lebih memahami keberagaman. Selain itu, ada keuntungan ketiga dari mentoring untuk penasihat keuangan di MDRT: keuntungan bagi industri ini. Mentoring meningkatkan interaksi antarindividu, mendorong inovasi, membentuk komunitas, dan melipatgandakan hasil. Makin baik anggota MDRT menjalin dan terlibat dalam suatu relasi mentoring, makin besar pula manfaat segitiga keuntungan mentoring.
Empat tahap penciptaan relasi mentoring
Umumnya, ada empat tahap untuk menciptakan mentoring yang efektif. Walaupun relasi mentoring yang baik dapat terjalin tanpa satu atau beberapa dari tahap berikut, relasi mentoring yang paling efektif tercipta melalui empat tahap ini. Jika ingin membuahkan hasil yang terukur dari relasi mentoring kita, empat tahap berikut sangatlah penting. Selain itu, jika relasi mentoring jadi lesu atau tak kunjung berkembang, biasanya ada satu atau beberapa tahap yang tidak dijalankan oleh kedua pihak. Perhatikan bahwa tahap-tahapnya berurutan, tetapi kadang mentor dan mentee dapat mundur selangkah dan mengevaluasi kembali tahap sebelumnya.
- Tahap pertama: Persiapan. Tahap ini dimulai sebelum bertemu mitra mentoring. Pada tahap ini, mentor dan mentee mempertimbangkan dengan matang alasan diperlukannya mentoring sekaligus preferensi dan ekspektasi masing-masing. Saat bertemu, kedua pihak mencoba mengenal lebih jauh satu sama lain serta menumbuhkan keyakinan dan rasa saling percaya untuk berterus terang dan menciptakan ruang belajar yang ideal.
- Tahap kedua: Negosiasi. Pada tahap ini, kedua pihak dalam mentoring menyepakati berbagai ketentuan relasi mereka. Mereka membahas cakupan dan batasan dari relasi mentoring, prinsip dasar terkait interaksi dan kerahasiaan dalam pelaksanaan kegiatan, dan durasi relasi mentoring.
- Tahap ketiga: Menciptakan Pertumbuhan, di mana mentor dan mentee menetapkan tujuan bersama terkait pembelajaran mentee dan berupaya mencapai tujuan tersebut.
- Tahap terakhir: Refleksi. Pada tahap terakhir relasi mentoring, kedua pihak mengingat kembali pengalaman masing-masing, merayakan hasil yang dicapai, menyampaikan ucapan terima kasih, dan menentukan apakah akan ada kegiatan lanjutan bersama dan seperti apa kegiatannya.
Cara menemukan dan memilih mentor yang tepat ― Dahulukan APA, lalu SIAPA atau DI MANA
Sebelum menentukan SIAPA yang hendak dijadikan mentor atau mempersoalkan DI MANA bisa menemukan mentor, calon mentee harus menentukan APA yang ingin dipelajari terlebih dahulu. Mentoring adalah hubungan yang terpusat pada proses pembelajaran dan jika terlalu mementingkan soal karisma, kesesuaian, atau kesamaan prinsip, pembelajaran akan dinomorduakan.
Setelah menentukan tujuan pembelajarannya, calon mentee mulai mengidentifikasi siapa orang yang sesuai untuk membantunya mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Kepribadian seperti apa yang dimiliki orang tersebut? Apa pengalamannya?
Mentor bisa jadi berasal dari perusahaan tempat mentee bekerja, tetapi mentee mungkin merasa sungkan menyampaikan kekurangannya jika relasi mentoring tersebut melibatkan atasan atau ada faktor kepentingan lainnya. Sebab itu, asosiasi seperti MDRT merupakan tempat yang pas untuk mencari mentor karena menawarkan program dan pelatihan mentoring untuk memandu perkembangan serta kesempatan membangun relasi di dalam industri selain dalam organisasi sendiri.
Setelah menemukan orang yang potensial, mentee sebaiknya menemukan mentor melalui pendekatan serupa yang diterapkan saat membangun jaringan dengan nasabah atau referensi. Pertama, bangun relasi. Lalu, pastikan apakah kolaborasi bisa dilakukan. Alih-alih langsung meminta mentoring, yang malah membuat diri tampak kurang jelas dan spesifik, mentee dapat bertanya kepada calon mentor tentang bidang yang sangat dikuasai oleh mentor. Setelah membahasnya beberapa kali, jika memang dirasa tepat, ajak calon mentor untuk mengadakan mentoring.
Menciptakan komunikasi yang baik dalam relasi mentoring: Enam bahasan dasar yang harus dibicarakan oleh kedua pihak guna membangun relasi yang solid
Ada enam bahasan yang harus dibicarakan oleh kedua pihak agar relasi mentoring yang solid dapat terbentuk.1
- Membangun relasi. Sebelum masuk ke proses pembelajaran, mentor dan mentee harus berupaya saling mengakrabkan diri. Mengingat komunikasi yang baik bermula dari rasa saling percaya dan saling mengandalkan, perlu ada upaya untuk membangun rasa percaya dan mengenal satu sama lain. Untuk mewujudkannya, diperlukan kesungguhan dan sikap saling terbuka dari mentor dan mentee. Proses membangun relasi ini akan berlanjut dan terus berkembang selama beberapa pertemuan.
- Menyusun kesepakatan terkait mentoring. Dalam pembahasan ini, mentor dan mentee bersama-sama membangun relasi mentoring-nya. Mereka mengutarakan ekspektasi dan asumsinya serta menyusun prinsip dasar relasinya.
- Menetapkan tujuan. Di sini, mentor dan mentee menyepakati tujuan pembelajaran mentee. Dengan begitu, diskusi mereka akan terarah dan tujuan tersebut akan menjadi acuan utama untuk berbagai topik yang dibahas selama mentoring. Biasanya, tujuan akan dibahas dalam beberapa pertemuan.
- Menciptakan peluang belajar. Selama diadakannya relasi mentoring, mentor dan mentee harus menemukan cara untuk mencoba hal baru dan keluar dari zona nyaman. Untuk itu, mentor perlu memberikan tantangan bagi mentee dan terus menyampaikan umpan balik.
- Mengatasi hambatan. Kedua pihak wajib saling memberikan umpan balik terkait kualitas relasinya agar relasi dapat terus berkembang dan menjadi investasi waktu dan tenaga yang membuahkan hasil. Mentor dan mentee perlu menyediakan waktu untuk membahas kondisi relasi mentoring dan hal-hal yang perlu diperbaiki. Inilah waktu yang tepat untuk meninjau kesepakatan yang telah ditetapkan di awal hubungan.
- Refleksi. Bahasan terkait refleksi merupakan bahasan terarah dengan tujuan yang jelas. Mentor dan mentee mengingat kembali pengalaman bersama, meninjau hasil yang telah dicapai, dan memutuskan apakah relasi akan dilanjutkan. Bahasan penutup ini perlu dilakukan pada akhir tahun, terlepas dari apakah mentor dan mentee akan melanjutkan relasinya. Bahasan ini hanya untuk menutup mentoring, bukan relasi yang sudah terjalin.
Endnote
- Diadaptasi dari Lois J. Zachary & Lory A. Fischler, “Starting Strong: A Mentoring Fable” (San Francisco: Jossey-Bass, 2014).

Lisa Fain adalah CEO Center for Mentoring Excellence dan seorang pakar di bidang persilangan kompetensi kultural dan mentoring. Fain menghadirkan semangat dan antusiasme saat berinteraksi dengan kalangan mana pun, memfasilitasi lokakarya dan pelatihan langsung, dan menyampaikan pidato interaktif dengan langkah-langkah praktis yang langsung dapat diterapkan. Ia juga pendiri Vista Coaching, sebuah divisi dari Center for Mentoring Excellence, yang menyediakan fasilitas coaching kumpulan untuk para profesional wanita yang hendak merancang dan menjalani hidup yang terbaik.