
Setiap orang pasti memimpikan pensiun dengan menyenangkan tanpa perlu pusing memikirkan pendapatan yang sudah berhenti. Hal itu bisa tercapai dengan mempersiapkan perencanaan dan dana pensiun yang cukup agar dapat tetap mandiri secara keuangan di masa tua. Bayangkan, apa yang terjadi jika di masa pensiun nanti, kita sudah tidak lagi memiliki sumber pendapatan tetap yang biasa diterima tiap bulan. Di sisi lain, anak-anak kita sudah berkeluarga dan tentunya fokus pada biaya hidup keluarga mereka dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Perencanaan pensiun yang matang diperlukan guna memenuhi semua kebutuhan setelah pensiun. Lalu, bagaimana cara yang tepat bagi penasihat keuangan untuk mengajak nasabah mempersiapkan dana pensiun sedini mungkin?
“Sebagai penasihat keuangan, saya akan menanyakan beberapa hal kepada nasabah sebelum membuat perencanaan pensiun. Pertama-tama saya akan menanyakan bagaimana cara mereka menabung, bagaimana cara mereka mengatur uang, lalu jika mereka tidak keberatan, saya akan bertanya bagaimana cara Anda menabung. Namun sebelum masuk ke topik itu, saya akan melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan membicarakan apa yang menjadi minat dari nasabah supaya ada koneksi, lalu saya arahkan ke topik pensiun. Pertanyaan yang biasa saya tanyakan seperti: bagaimana cara Anda menabung? Anda menabung untuk apa saja? Mengapa Anda menabung? Apa yang Anda bayangkan pada saat pensiun dan dimana Anda ingin pensiun? Lingkungan pensiun seperti apa yang ideal menurut Anda? Gaya hidup seperti apa yang ingin Anda lakukan ketika pensiun? Di usia berapa Anda ingin pensiun? Metode coaching seperti apa yang Anda inginkan karena itu yang akan saya lakukan dalam proses pembimbingan. Setelah mereka menjawab pertanyaan tersebut, saya akan arahkan ke topik pensiun dan menginformasikan kepada mereka terkait financial disaster, dan juga kenaikan mata uang akibat inflasi. Inflasi menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan ketika mempersiapkan dana pensiun agar nilai uang yang ada tidak menjadi kecil dan tidak memenuhi ekspektasi pada saat pensiun,” ujar Sihotang Faryda Aryani, anggota MDRT 9 tahun dari Malang.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Aryani ketika menghitung inflasi adalah dengan melihat kondisi keuangan saat ini dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Sebagai contoh, harga emas, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, harga bahan bakar minyak atau BBM, dan lain sebagainya jika kita belanjakan dengan uang tabungan untuk kondisi sekarang maka akan semakin mengecil nilainya.
Contoh: Usia Andi sekarang 35 tahun dan ia ingin pensiun di usia 55 tahun, berarti dia memiliki 20 tahun untuk mempersiapkan dana pensiun untuk dirinya. Misal inflasi per tahun adalah 5% maka dalam 20 tahun jumlah inflasi menjadi 100%. Jika biaya hidup Andi per bulan adalah 20 juta rupiah, maka dalam setahun ia membutuhkan 240 juta rupiah yang kemudian dikalikan dengan 20 tahun, maka akan diperoleh angka 4,8 miliar rupiah, kemudian dikalikan 2 maka diperoleh angka 9,6 miliar rupiah atau jika dibulatkan menjadi 10 miliar. Jadi nilai yang perlu disiapkan Andi untuk pensiun dengan nyaman di usia 55 tahun adalah sekitar 10 miliar rupiah.
“Untuk dapat pensiun dengan nyaman, maka nasabah perlu mengetahui berapa biaya pengeluaran yang dikeluarkan tiap bulan kemudian dikalikan satu tahun kemudian dikalikan dengan estimasi masa pensiun. Maka akan didapat angka yang harus dipersiapkan oleh nasabah yang cukup mampu untuk menjamin kehidupan nasabah setelah pensiun. Namun angka tersebut dapat berbeda satu sama lain tergantung dari di kota dan negara mana dia mau pensiun. Disinilah fungsi dari perencanaan pensiun yang matang menjadi penting untuk nasabah,” ujar Aryani.
Jika ada prospek atau nasabah yang tidak atau belum memahami pentingnya perencanaan pensiun sedini mungkin, maka Aryani akan menjadikan dirinya sebagai contoh. Ia akan menjelaskan apa saja yang menjadi ekspektasi darinya ketika pensiun, ingin tinggal dimana dengan lingkungan seperti apa, dan bagaimana gaya hidup yang Aryani inginkan. Ketika prospek atau nasabah melihat betapa semangatnya Aryani menjelaskan rencana pensiunnya, maka semangat itu akan menular dan membuat prospek atau nasabah juga jadi memikirkan rencana pensiun mereka sendiri. Ia lebih mengutamakan komunikasi kekeluargaan atau persahabatan intim jadi seperti bersama-sama menjalaninya dengan berpegangan tangan saling mengingatkan satu sama lain.
Contact: MDRTEditorial@teamlewis.com