Log in to access resources reserved for MDRT members.
  • Belajar
  • >
  • Siap menanggapi saat situasi berubah dan berganti
Siap menanggapi saat situasi berubah dan berganti
Siap menanggapi saat situasi berubah dan berganti

Jan 02 2024 / Round the Table Magazine

Siap menanggapi saat situasi berubah dan berganti

Anggota MDRT beragih cara beradaptasi untuk hadapi tantangan.

Topik bahasan

Anggota yang ikut serta:

Lam Pui Ka, anggota enam tahun MDRT dari Kuala Lumpur, Malaysia
Brad J. Myers, anggota 21 tahun MDRT dari South Jordan, Utah, AS
Leena Parwani, Cert CII, MBA, anggota 10 tahun MDRT dari Dubai, UEA

Meskipun isu yang dibahas dalam sesi bincang-bincang Zoom ini terjadi semasa pandemi, cara merespons kebutuhan dan petikan pelajarannya tetap relevan bagi para penasihat. Baik itu soal membantu nasabah agar dirawat di rumah sakit tempat manfaat perawatan tertentu bisa ditanggung, perkara cari cara melawan penat selagi bekerja dari rumah, atau menatar staf baru yang sulit akrab dengan kolega di tempat kerja, solusinya perlu pena-nganan langsung. Beberapa anggota MDRT beragih cara mereka menangani situasi sulit dan tak terduga ini. Dengarkan perbincangan lengkapnya di Podcast MDRT.

Parwani: Walaupun kita mengirim surel, “Halo, kami ada dan siap membantu,” apa iya itu saja yang bisa kita perbuat? Kita bisa berbuat sejauh apa? Sulit sekali rasanya. Tengah malam saya menerima telepon dari nasabah: “Ini ada saudara yang kena Covid. Bisa kami bawa ke mana? Asuransi yang mana yang menanggungnya? Kami ada asuransi kesehatan dari perusahaan. Bisa kami bawa ke sana?” Saya harus cari tahu rumah sakit mana yang bisa menerima, apa yang ditanggung, apa yang tidak. Itu yang pertama kali menggelisahkan saya, dan saya harus menelepon sana-sini untuk memfasilitasi penerimaan pasien itu.

Di masa itu, semua rumah sakit penuh dan sulit menerima pasien. Saya terpaksa menggunakan koneksi saya agar dia bisa dirawat di rumah sakit itu, dan prosesnya tidak mudah. Tapi setelah menanti beberapa saat, akhirnya bisa dan nasabah merasa andil saya besar di situ. Tapi lantas saya jadi lebih waspada – saya harus tahu semua di luar sana, apa berita terbaru, bagaimana pasien biasanya diterima. Kalau-kalau saya tak punya kawan berpengaruh yang bisa membantu, lalu bagaimana saya bisa menolong mereka?

Tiap hari ada saja aturan dan regulasi baru, dan saya sadar bahwa kita wajib selalu mengikuti berita dan meneruskan infonya. Panggilan telepon malam itu mengajarkan saya bahwa saya tak boleh ketinggalan satu informasi pun. Kami juga menyewa jasa seorang pengacara untuk menyediakan info terbaru. Saya teruskan info itu lewat broadcast, di media sosial, dan di WhatsApp.

Lam: Awalnya saya senang sekali bekerja dari rumah. Namun, setelah beberapa saat, saya merasa capek dan kehilangan disiplin. Jadi, walau di rumah, saya berpakaian rapi dan merias wajah saat bekerja karena, seperti di kantor, penampilan yang baik menumbuhkan rasa percaya diri. Waktu berbicara dengan prospek atau nasabah, rasanya beda.

Isu kedua: Saya perlu menarik perhatian prospek dan nasabah. Padahal, webinar soal asuransi mungkin hanya memikat atensi penasihat lain. Jadi, saya buat webinar dengan topik non-asuransi. Tim saya mencari topik menarik untuk menggaet pemirsa, dan kami posting kontennya setiap pekan.

Contohnya, tingkat perceraian naik saat banyak orang bekerja dari rumah dan tak bisa bepergian . Orang biasanya berjam-jam tidak bertemu dan, saat harus di rumah saja, konflik pun bermunculan. Topiknya bisa tentang rumah tangga atau mungkin tentang kesulitan anak mengikuti pelajaran secara virtual. Karena banyak orang tua resah dengan panjangnya durasi screen time anak, kami bagikan konten tentang cara membatasinya. Berkat webinar ini, kami mendapat atensi di media sosial dari orang yang butuh info cara memadukan asuransi ke dalam perencanaan biaya pendidikan.

Sulit kalau kita langsung bicara asuransi dengan orang yang belum dikenal. Maka, saya gunakan webinar untuk memikat minat mereka dulu, baru saya edukasi mereka tentang asuransi. Saya membawakan sekitar 20 webinar dalam tiga hingga empat bulan selama pandemi. Dan bukan saya saja narasumbernya. Saya kirim undangan ke nasabah dan saya undang ahli di bidang topik webinarnya. Awalnya saya canggung berbicara di depan layar, tapi kita semua dipaksa beradaptasi dengan kenormalan baru. Lama-lama juga terbiasa dan saya selalu pastikan saya eksis di media sosial agar dilihat nasabah dan prospek. “Hari ini dia akan bicara apa?” Kalau tidak eksis, cepat-lambat orang akan lupa karena saya tidak bisa bertemu langsung dengan mereka. Maka, saya harus berusaha agar mereka melihat saya.

Myers: Isu terbesar saya adalah kami baru saja merekrut orang baru dua pekan sebelum lockdown, tanpa tahu bahwa akan ada lockdown. Setelah dua pekan yang efektif untuk melatihnya dan mengenalkan semua proses kerja kami, tiba-tiba kantor harus tutup dan dia harus bekerja dari rumah. Kami tak bisa membuatnya merasa jadi bagian dari tim karena tim kami semua bekerja jarak jauh dari rumah dan dia merasa seperti ditinggal sendiri.

Jadi, saya dan partner bisnis saya mulai menambah frekuensi rapat empat mata dengannya. Kami jajaki cara menyatukannya dengan tim dan kami terus tanamkan visi-misi perusahaan. Lalu, kami rapat besar dan memastikan semua orang terlibat. Kecuali untuk rekrutan baru itu, semua yang lain bisa beradaptasi. Kami rapat virtual pada Senin pagi, seperti biasa, dan membahas segala sesuatunya. Lalu, semua kembali ke meja kerja masing-masing. Sepanjang pekan, semua proyek ditangani dan semua orang tahu tugasnya. Tapi di akhir pekan kerja, kami tidak memang tidak menghubungi tiap anggota tim lagi.

Jadi, kami dengan sengaja menghubungi rekrutan baru itu tiap hari untuk mengecek kondisinya. Kadang, dia tidak kebagian tugas atau urusan untuk dituntaskan. Tujuan sesi itu adalah memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Dengan menunjukkan bahwa kami peduli dan tetap ingin dia menjadi bagian dari tim, dia pun sadar, Tunggu dulu, perusahaan ini tampaknya berbeda. Saya jadi tahu banyak soal snowboarding karena rekrutan baru kami suka olahraga itu. Saya tahu soal keluarganya, dan sekarang saya tahu cara berinteraksi untuk membuatnya mengerti bahwa dia bagian dari kami.

Dengarkan episode lengkapnya di mdrt.org/becoming-a-resource. Berlangganan Podcast MDRT di mdrt.org/podcast.

KONTAK

Lam Pui Ka lampuikapru@gmail.com
Brad Myers bmyers.dwm@gmail.com
Leena Parwani leenaparwani6@gmail.com