Membangun personal branding dan memperkuat profesionalisme melalui konten Instagram yang personal
“Media sosial bukan hanya untuk scrolling; ini adalah panggung kuat untuk bercerita.” Bagi Retno Herni Soliarti, media sosial Instagram bukan sekadar hiburan, melainkan alat strategis untuk memperluas jangkauan, membangun personal brand, dan memperkuat hubungan profesionalisme dengan nasabah. Dengan memanfaatkan akun pribadinya di Instagram @oshinhernis serta akun edukasi khusus @lifecovered.id, ia berhasil mengubah interaksi online menjadi kepercayaan nyata yang berdampak langsung pada pertumbuhan bisnis.
Tiga tahun lalu, Retno Herni Soliarti menyadari keterbatasan pendekatan konvensional seperti canvassing atau pertemuan tatap muka. Ia ingin pesannya bisa menjangkau lebih banyak nasabah tanpa terikat ruang dan waktu. Instagram menjadi jawabannya karena sifatnya yang visual, interaktif, dan dekat dengan keseharian audiens.
“Awalnya saya hanya berbagi edukasi ringan di akun Instagram pribadinya sambil tetap menampilkan sisi personal. Responnya luar biasa, banyak yang merasa konten Instagram saya relatable, konsisten, dan edukatif. Dari situ saya yakin media sosial bisa menjadi pilar utama saya sebagai seorang penasihat keuangan,” jelasnya.
Dengan konsistensi membagikan konten Instagram dua hingga tiga kali seminggu, Soliarti menemukan kekuatan sebenarnya dari media sosial: membangun kepercayaan secara alami. Teman lama hingga orang yang tidak pernah ia prospek pun mulai menghubunginya karena sering melihat konten edukasi, aktivitas sehari-hari, atau kisah nasabah yang ia bantu.
“Dari sebuah konten sederhana bisa lahir percakapan, dari percakapan lahir kepercayaan, dan akhirnya menjadi hubungan yang nyata dengan nasabah,” tuturnya.
Pengalaman ini membuktikan bahwa media sosial mampu mengubah interaksi pasif menjadi relasi yang bermakna.
Menyeimbangkan profesionalisme dan otentisitas
Kunci sukses Soliarti adalah storytelling. Ia menjaga keseimbangan antara konten profesional dan personal. Dua hingga tiga kali seminggu, ia membagikan edukasi asuransi. Dan, di hari lainnya ia menampilkan aktivitas olahraga, momen bersama teman, atau insight keseharian.
“Kalau hanya bicara asuransi terus, audiens akan cepat bosan. Konten personal justru sering mendapat respons positif, terutama saat saya kaitkan dengan nilai proteksi,” jelasnya.
Dengan cara ini, audiens tetap engaged dan melihat dirinya bukan hanya sebagai penasihat keuangan, tetapi juga sebagai individu yang autentik.
Salah satu strategi penting adalah memisahkan akun Instagram profesional dan personal. Akun profesional, seperti Instagram @livecovered.id, menjadi “ruang kelas digital” untuk menyajikan konten edukasi terstruktur dan relevan, menekankan kredibilitas, profesionalisme, dan keahlian. Sementara akun personal menampilkan sisi manusiawi: cerita keseharian, hobi, dan nilai hidup yang membuat audiens merasa dekat.
“Nasabah ingin tahu bahwa kita kompeten, tetapi juga ingin merasa nyaman dengan siapa kita sebagai manusia. Dua akun Instagram ini memungkinkan saya untuk menunjukkan keduanya secara proporsional,” ujar Soliarti.
Belajar dari tantangan dan pengalaman
Soliarti pernah mengalami fase ketika ia terlalu sering memposting konten edukasi sehingga audiens merasa jenuh. Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa personal branding bukan sekadar menjual jasa, melainkan membangun hubungan jangka panjang. Konsistensi, storytelling, dan otentisitas menjadi fondasi utama yang ia pegang teguh.
Sejak awal terjun ke industri, MDRT menjadi target profesionalnya. Ia mencapainya melalui produktivitas harian, aktivasi konsisten, keberanian berbicara tentang asuransi, serta membangun tim di Jakarta dan Bali. Tantangan terbesar adalah membangun kepercayaan di awal, yang ia atasi dengan persistensi, branding personal, dan membagikan kisah nyata tentang mengapa ia memilih industri ini.
“Setiap penolakan adalah bagian dari proses menuju kepercayaan,” ujarnya.
Kini, Soliarti melayani beragam nasabah, dari profesional muda hingga keluarga dan pengusaha bisnis, dengan fokus pada asuransi sakit kritis dan jiwa, yang ia anggap fondasi utama dalam stabilitas finansial keluarga.
Tips untuk memperkuat personal branding di Instagram
Dari pengalamannya, Soliarti membagikan beberapa tips bagi sesama penasihat keuangan, di antaranya:
- Konsisten posting, meskipun hanya dua hingga tiga kali seminggu.
- Gunakan storytelling agar edukasi terasa lebih relatable.
- Interaksi aktif dengan audiens melalui komentar atau Direct Message (DM).
- Pisahkan akun profesional dan personal: akun profesional untuk konten edukasi terstruktur, akun personal untuk menampilkan sisi manusiawi dan keseharian, sehingga audiens merasa lebih dekat sekaligus mengasosiasikan Anda dengan kredibilitas.
“Personal branding di media sosial Instagram bukan soal menjual, tapi membangun hubungan. Dengan konsistensi, edukasi, dan otentisitas, kita bisa memperkuat kepercayaan dan menciptakan relasi jangka panjang yang nyata,” tutupnya.
Contact: MDRTeditorial@teamlewis.com