Dunia keuangan berubah setiap hari. Tren datang dan pergi, teknologi berkembang, pola pikir masyarakat ikut bergeser. Tetapi ada hal-hal yang tidak pernah berubah: empati, integritas, dan kepedulian. Saya percaya, memahami pasar itu penting, tetapi memahami manusia jauh lebih penting.

Ketika pengalaman hidup menjadi kekuatan untuk mengedukasi nasabah

Cara saya mengedukasi nasabah biasanya dimulai dengan berbagi kisah saya sendiri. Saya percaya, cerita nyata bisa menyentuh hati.

Saya berusaha membuat mereka nyaman dulu. Saya banyak mendengarkan cerita mereka, lalu pelan-pelan membantu mereka memahami dampaknya jika tidak siap. Kadang, saya gunakan ilustrasi sederhana, misalnya, berapa biaya pengobatan, atau bagaimana kondisi keluarga jika sumber penghasilan berhenti. Dengan cara itu, mereka bisa membayangkan dengan jelas, tapi namun tetap dengan nada yang positif.

Saya memilih fokus di bidang asuransi penyakit kritis karena saya sendiri pernah mengalaminya.

Tahun 2008, saya divonis dokter menderita kanker stadium tiga. Waktu itu dokter bahkan mengatakan, hidup saya mungkin tidak lebih dari dua tahun.

Puji Tuhan, saya bisa melewatinya. Walaupun dalam masa pengobatan, saya tetap berusaha melayani nasabah, tetap bekerja, tetap menjual polis. Karena bagi saya, membantu orang lain untuk memiliki perlindungan adalah hal yang memberi saya kekuatan.

Saat itu, saya belum memiliki asuransi penyakit kritis. Biaya kemoterapi dan radiasi terasa sangat berat, apalagi ketika menyadari saya sudah menjadi seorang penasihat keuangan, tetapi belum melindungi diri sendiri.

Dari pengalaman itu, saya belajar arti penting perlindungan finansial. Itulah yang membuat saya berkomitmen membantu setiap nasabah memahami kebutuhan mereka, bukan sekadar menjual produk, tetapi memastikan mereka benar-benar terlindungi dari hal-hal yang tak terduga.

Melihat perubahan pasar & menyesuaikan strategi

Dunia keuangan terus berubah, dan saya melihat sendiri bagaimana perilaku nasabah juga ikut berubah.

Sekarang, hampir semua serba digital, mulai dari transaksi, konsultasi, sampai pembelian asuransi pun bisa dilakukan secara online.

Tetapi menariknya, di saat yang sama banyak juga nasabah yang mulai kembali melirik produk asuransi tradisional. Itu membuat saya sadar, peran kita sebagai penasihat keuangan harus bisa menyesuaikan diri, tanpa kehilangan sentuhan personal.

Karena itu, saya terus belajar. Saya pelajari sistem digital supaya bisa melayani nasabah dengan cara yang lebih cepat dan efisien.

Sistem digital sebenarnya mempermudah kita, sekarang saya bisa bekerja dari mana saja. Cukup buka tablet, klik, dan semua proses selesai tanpa harus datang ke kantor. Nasabah pun merasa lebih nyaman karena semuanya bisa dilakukan secara praktis.

Tetapi saya juga selalu mengingatkan, bahwa produk tradisional tetap punya nilai yang kuat. Bayar dalam jangka pendek, tetapi perlindungan sampai usia tua, itu manfaat yang luar biasa.

Bagi saya, kuncinya ada pada keseimbangan; menggabungkan teknologi dengan pemahaman mendalam tentang kebutuhan nasabah.

Saya percaya, setiap perubahan adalah peluang untuk belajar, dan setiap nasabah adalah kisah yang layak diperjuangkan.

Pendekatan personal & membangun kepercayaan

Banyak orang berpikir nasabah hanya butuh produk.

Tetapi sebenarnya, yang mereka cari adalah solusi dan ketenangan.

Saat nasabah menghadapi masa sulit, entah karena pandemi, kondisi ekonomi yang menurun, atau kebutuhan mendesak, saya selalu ingat: tugas saya bukan hanya menjual, tetapi mendampingi.

Saya bantu mereka dengan solusi yang realistis. Misalnya, cuti premi sementara, atau menarik sebagian dana investasi sesuai kebutuhan.

Kalau memang perlu, saya sarankan top up sebesar biaya asuransi saja, supaya perlindungan tetap berjalan tanpa memberatkan kondisi keuangan mereka.

Karena bagi saya, nasabah tidak hanya butuh produk. Mereka butuh rasa aman.

Itu sebabnya saya selalu mulai dengan bertanya, “Apa yang sudah Bapak/Ibu miliki? Dan apa yang jadi prioritas saat ini?”

Membangun kepercayaan berarti menunjukkan bahwa kita lebih mengutamakan kepentingan nasabah, bukan kepentingan pribadi.

Saya masih ingat saat pandemi. Beberapa nasabah saya terkena COVID-19. Saya bantu cari rumah sakit, kirim makanan, dan terus memantau kondisi mereka. Dari situ mereka tahu, saya bukan hanya penasihat keuangan, tetapi teman yang benar-benar ada kapan pun dibutuhkan.

Mungkin yang membedakan saya dari banyak penasihat keuangan lain adalah kesetiaan. Saya tidak pernah berpindah perusahaan. Itu membuat nasabah yakin, bahwa saya bukan penasihat yang hanya mengejar komisi.

Ketika mereka butuh saya, saya selalu siap. Karena bagi saya, kepercayaan adalah aset terbesar.

Solusi asuransi

Strategi mengubah lensa: Cara saya menjadikan kompleksitas nasabah sebagai peluang

Ketika pasar berubah, peluang baru muncul: Strategi membaca kesempatan di tengah krisis

Hingga akhirnya diterima

Pasar keuangan syariah: Bukan sekadar produk, tapi solusi bernilai

Solusi asuransi

Strategi mengubah lensa: Cara saya menjadikan kompleksitas nasabah sebagai peluang

Ketika pasar berubah, peluang baru muncul: Strategi membaca kesempatan di tengah krisis

Hingga akhirnya diterima

Pasar keuangan syariah: Bukan sekadar produk, tapi solusi bernilai

Membaca tren pasar, beradaptasi dengan perubahan demi menghadirkan solusi terbaik bagi nasabah

Transkrip

Penulis

Cathlin Amelinda