Log in to access resources reserved for MDRT members.
  • Belajar
  • >
  • 3 strategi untuk meraih Court of the Table
3 strategi untuk meraih Court of the Table
3 strategi untuk meraih Court of the Table

Jan 03 2023 / Round the Table Magazine

3 strategi untuk meraih Court of the Table

Komunikasi, organisasi, dan kegigihan adalah strategi untuk meraih Court of the Table.

Topik bahasan

Oleh Jaslyn Ng

Bagi saya, meraih kualifikasi Court of the Table adalah kombinasi banyak hal, dan saya menemukan pola urutan untuk melakukan hal-hal tersebut.

Level produksi Court of the Table tiga kali level produksi MDRT. Jadi, secara matematis, tampaknya untuk meraih level elite ini kita butuh tiga kali upaya lebih besar. Benarkah?

Menurut saya, yang dibutuhkan jauh melebihi upaya tiga kali lipat. Diperlukan strategi matang dan serangkaian kebiasaan yang dilakukan secara konsisten. Selama beberapa tahun terakhir, saya menyadari bahwa tenaga pemasar kelas wahid punya sifat dan kebiasaan khas yang tampak dalam kesehariannya. Berikut ini di antaranya:

  • Skill komunikasi
  • Skill keorganisasian
  • Kegigihan

1. Skill komunikasi

Tulus peduli pada orang lain: Tenaga pemasar kelas atas adalah komunikator andal yang menjalin koneksi dengan hati.

Sangat mencolok perbedaannya dari penasihat keuangan biasa, tenaga pemasar kelas atas selalu menunjukkan kepedulian tinggi untuk prospek dan keluarganya. Di benak kita, kita selalu tulus peduli untuk membantu orang yang duduk di hadapan kita.

Pembuka percakapan: Keindahan karier ini terletak pada keberagaman orang yang Anda temui. Pengalaman sebelumnya sebagai HR selama 11 tahun, dipadukan praktik Toastmasters, telah mengasah skill komunikasi saya dalam membuka dialog dengan siapa saja. Banyak orang menyangka saya ekstrover, padahal tidak. Saya adalah introver yang telah melatih diri untuk beradaptasi dengan lingkungan pergaulan. Kunci menjadi teman bicara yang baik adalah pengetahuan tentang beragam topik di luar masalah asuransi atau finansial. Banyak-banyaklah membaca sehingga Anda banyak tahu tentang kabar, berita, dan peristiwa terkini.

Pendengar aktif: Tenaga pemasar kelas atas lebih banyak mendengarkan daripada bicara. Saya menerapkan aturan 80/20 di pertemuan pertama. Saat mencari fakta dan membangun kedekatan, kami biasa mengajukan pertanyaan pemandu dan fokus menyimak keterangan prospek. Metode ini diperkenalkan oleh Dale Carnegie dalam buku “How to Win Friends & Influence People”.

2. Skill keorganisasian

Menjadi produktif: Efisiensi dan produktivitas itu esensial, terlebih bagi ibu yang bekerja. Waktu tak boleh terbuang. Banyak orang bertanya cara saya mengemban peran-peran yang menuntut perhatian saya sebagai ibu dan agency leader yang aktif dan giat sambil tetap terjun ke lapangan menemui nasabah.

Akan saya jawab jujur, saya mencacah hari ke dalam beberapa pilar kehidupan

  • Keluarga
  • Pekerjaan
  • Kesehatan
  • Mentoring

Di luar keempat pilar tersebut, saya anggap pemborosan waktu. Dan tak ada kata ‘menunda-nunda’ dalam kamus saya. Agar lebih efisien waktu, misalnya, saya tak lagi membaca buku; saya mendengarkan ringkasannya via Blinkist saat berangkat atau pulang kerja. Setelah mengantar anak ke tempat penitipan, waktu tempuh saya ke kantor adalah 35 menit. Selama itu, saya bisa mendengarkan tuntas satu ringkasan buku.

Menetapkan target: Belum saya temukan tenaga pemasar kelas atas yang meraih prestasi tinggi karena kebetulan. Mereka semua menetapkan target sejak awal. Sejak membaca “The 7 Habits of Highly Effective People” karya Stephen R. Covey, saya selalu menetapkan target. Penetapan target memberi kita destinasi akhir yang ingin dituju. Praktik ini memandu kita agar tidak hilang arah dan mendesak kita untuk menata waktu dan sumber daya agar fokus ke perjalanannya. Saya rutin meninjau target dan melacak perkembangan. Saya juga belajar memotivasi diri dengan merayakan kemenangan kecil. Reviu berkala membantu saya mengetahui dengan jernih titik lemah saya sehingga saya bisa mencari cara mengatasinya.

Berpikir strategis: Pada hari kerja biasa, saya bangun pukul 5 pagi. Pukul 5 sampai 6 pagi adalah waktu khusus untuk berpikir strategis atau belajar. Jika ditilik ke belakang, jelaslah bahwa kebiasaan ini menjadi faktor penentu saya meraih MDRT dalam enam bulan, lalu Court of the Table.

3. Kegigihan

Faktor kunci untuk melaju dari MDRT ke Court of the Table adalah jiwa yang gigih. Peraih Court of the Table yang pernah saya jumpai selalu menunjukkan kegigihan dalam meraih tujuannya. Begitu target ditetapkan, target itu mendarah daging di hati dan benak kita sehingga kita pantang menyerah dalam situasi apa pun.

Semua yang layak diperjuangkan memerlukan kegigihan, ketabahan, dan tekad yang bulat. Kegigihan adalah watak yang konsisten ditunjukkan oleh para tenaga pemasar kelas atas ini. Bertekad bulat berarti mau melakukan hal yang mungkin tidak disukai, seperti bangun lebih pagi atau disiplin memprospek. Mendekatkan diri dengan para pendukung yang menyemangati Anda juga penting. Saya ingat saat berada di putaran akhir untuk meraih Court of the Table pada Desember 2018, saya sungguh ingin menyerah. Hanya berkat dorongan positif tiada henti dan dukungan dari keluarga, tim, kolega, dan manajer sayalah saya bisa menyelesaikan putaran itu dan meraih kualifikasi Court of the Table. Karier ini seperti maraton tanpa henti. Juaranya bukanlah orang yang berlari paling cepat, tapi yang terus berlari sampai akhir.

Jaslyn Ng adalah anggota lima tahun MDRT dan peraih Court of the Table dari Singapura. Hubungi Ng di jaslynng@pruadviser.com.sg.

Memandu nasabah memahami kekuatan asuransi jiwa

Oleh Kevin J. Murphey, M.Ed, RFC

Saat orang memikirkan kehidupannya, mereka tidak memikirkan asuransi jiwa. Yang mereka pikirkan adalah menafkahi keluarga dan kewajiban-kewajiban lainnya. Namun, sebagai penasihat keuangan yang baik, kita mesti mengajak nasabah melihat hidup dari perspektif yang luas dan menjelaskan bahwa hidup itu singkat.

Juga, alangkah baiknya jika penasihat keuangan bercerita tentang asuransi jiwanya sendiri kepada nasabah. Saya tekankan kepada nasabah, asuransi jiwa membiayai keluarganya saat dirinya telah tiada. Asuransi jiwa adalah surat cinta. Jika sungguh mencintai seseorang, Anda pasti ingin melindunginya, bukan hanya di sepanjang hidup Anda tapi juga di sepanjang hidupnya. Saya punya tiga orang putri dan tujuh orang cucu perempuan. Saya ingin mereka terjamin.

Usia saya 68 tahun. Saya mengidap kanker. Saya tidak bisa lagi diasuransikan. Seingin apa pun, sudah tidak bisa. Tapi percayalah, polis-polis asuransi yang saya beli waktu saya masih muda sungguh sangat berarti manfaatnya sekarang. Suka tidak suka, suatu saat nanti, kita semua tidak bisa lagi diasuransikan.

Kematian itu pasti. Kita semua akan meninggal dunia. Pertanyaannya: Saat kita meninggal nanti, apakah kita ingin hidup keluarga kita terpelihara? Sesederhana itu.

Kevin Murphey, dari Hixson, Tennessee, AS, adalah anggota 32 MDRT. Hubungi Murphey di kevin@murpheyfinancialservices.com.